Analisisnovel diharapkan dapat menilai bobot estetik dan kekompakan hubungan unsur-unsur tersebut dengan masalah prasangka gender dan emansipasi perempuan. Masalah dalam novel tidak berdiri sendiri, tetapi terintegrasi dengan unsr-unsur yang lain. Tokoh protagonis merupakan tokoh utama dalam suatu cerita. Sedangkan tokoh antagonis adalah

ArticlePDF AvailableAbstractMasalah yang terlihat pada saat observasi yaitu proses pembelajaran terlihat pembelajaran berorientasi pada hasil, hal ini membuat siswa menjadi saling berkompetisi padahal dalam pembelajaran fisika sangat dibutuhkan keterampilan kerjasama dan kekompakan dalam kelompok, menimbang mata pelajaran fisika dianggap sulit. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kerjasama dan kekompakan siswa dalam pembelajaran fisika di kelas. Penelitian dilakukan terhadap 268 responden yang terdiri dari tujuh kelas dari XI MIPA di SMA Negeri 3 Kota Jambi. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif dengan pendekatan kuantitatif. Teknik pengumpulan data menggunakan kuesioner dengan dua faktor yaitu kerjasama cooperation dan kekompakan siswa student cohesiveness. Analisis menggunakan statistik deskriptif. Hasil yang didapatkan bahwa tingkat kerjasama siswa dalam pembelajaran fisika di kelas termasuk dalam kategori “Sangat Baik” dengan nilai rata-rata 4,20 dalam skala 5,00 dengan nilai standar deviasi sebesar 0,84. Tingkat kekompakan siswa dalam pembelajaran fisika di kelas termasuk dalam kategori “Baik” dengan nilai rata-rata 3,86 dalam skala 5,00 dengan nilai standar deviasi sebesar 0,88. Discover the world's research25+ million members160+ million publication billion citationsJoin for freeContent may be subject to copyright. KERJASAMA DAN KEKOMPAKAN SISWA DALAM PEMBELAJARAN FISIKA DI KELAS XII MIPA SMAN 3 KOTA JAMBI Amalla Rizki Putri1, Maison2, dan Darmaji3 1,2,3Program Studi Pendidikan Fisika FKIP Universitas Jambi, Jambi, Indonesia Email amallarizkiputri29 © 2018 Pendidikan Fisika Universitas Jambi Abstrak Masalah yang terlihat pada saat observasi yaitu proses pembelajaran terlihat pembelajaran berorientasi pada hasil, hal ini membuat siswa menjadi saling berkompetisi padahal dalam pembelajaran fisika sangat dibutuhkan keterampilan kerjasama dan kekompakan dalam kelompok, menimbang mata pelajaran fisika dianggap sulit. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kerjasama dan kekompakan siswa dalam pembelajaran fisika di kelas. Penelitian dilakukan terhadap 268 responden yang terdiri dari tujuh kelas dari XI MIPA di SMA Negeri 3 Kota Jambi. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif dengan pendekatan kuantitatif. Teknik pengumpulan data menggunakan kuesioner dengan dua faktor yaitu kerjasama cooperation dan kekompakan siswa student cohesiveness. Analisis menggunakan statistik deskriptif. Hasil yang didapatkan bahwa tingkat kerjasama siswa dalam pembelajaran fisika di kelas termasuk dalam kategori “Sangat Baik” dengan nilai rata-rata 4,20 dalam skala 5,00 dengan nilai standar deviasi sebesar 0,84. Tingkat kekompakan siswa dalam pembelajaran fisika di kelas termasuk dalam kategori “Baik” dengan nilai rata-rata 3,86 dalam skala 5,00 dengan nilai standar deviasi sebesar 0,88. Kata kunci kerjasama, kekompakan siswa Info Artikel Diterima 13 September 2018 Disetujui 05 November 2018 Dipublikasikan 15 Desember 2018 Alamat Korespondensi amallarizkiputri29 Volume 3 Nomor 2, Desember 2018 P-ISSN2477-7935 E-ISSN 2548-6225 Jurnal Edufisika Volume 3 Nomor 2, Desember 2018 Kerjasama dan Kekompakan .... Amalla Rizki Putri, dkk hal32-40 33 Pendahuluan Lingkungan belajar merupakan bagian dari proses belajar yang menciptakan tujuan belajar dalam Winarno. Lingkungan belajar tidaklah lepas dari keberadaan siswa dalam belajar. Kebiasaan belajar siswa dipengaruhi oleh kebiasaan siswa dalam belajar di sekolah, di rumah maupun di masyarakat. Kerjasama sangat dibutuhkan dalam bermasyarakat, mengingat manusia adalah makhluk sosial. Kerjasama dalam pembelajaran adalah suatu proses interaksi positif antarsiswa untuk mencapai tujuan yang sama. Kerjasama merupakan sikap positif yang terbukti dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Menurut Pamudji kerjasama pada hakikatnya mengindikasikan adanya dua pihak atau lebih yang berinteraksi secara dinamis untuk mencapai suatu tujuan bersama dalam Nasia. Kerjasama dalam kelompok menurut Krisnadi diartikan sebagai kolaborasi yang berarti kegiatan belajar yang lebih menekankan kepada seberapa besar sumbangan masing-masing anggota kelompok terhadap pencapaian tujuan kelompoknya dalam Suhardi, 2013. Kerjasama merupakan kebutuhan yang sangat penting bagi kelangsungan hidup Hapsari, 2014. Kerjasama dalam pembelajaran dapat dilakukan oleh dua siswa atau lebih yang saling berinteraksi, menggabungkan tenaga, ide atau pendapat dalam waktu tertentu dalam mencapai tujuan pembelajaran sebagai kepentingan bersama Yulianti, 2016. Hapsari menjelaskan hasil penelitiannya bahwa keterampilan kerjasama dalam pembelajaran sangat penting, siswa dapat bertukar gagasan dan informasi untuk mencari solusi kreatif serta keberhasilan dalam menyelesaikan tugas-tugas sangat bergantung pada sejauh mana mereka berinteraksi satu sama lain dalam Anjani, 2017. Dijelaskan juga lebih lanjut oleh Nasia keterampilan kerjasama dalam kelompok adalah kepedulian satu orang atau satu pihak dengan orang atau pihak lain yang tercermin dalam satu kegiatan yang menguntungkan semua pihak dengan prinsip saling percaya, menghargai dan adanya norma yang mengatur dalam Anjani 2017. Berdasarkan pendapat para peneliti terdahulu, penulis menarik sebuah kesimpulan tentang definisi kerjasama yaitu merupakan kerja yang dilakukan oleh dua orang atau lebih untuk mewujudkan tujuan yang sama. Kekompakan berkaitan dengan kerjasa- ma. Jika siswa kompak berarti kerjasama yang mereka lakukan baik sehingga terbentuk kekompakan. Menurut Maksmum 2011 kohesivitas yang secara sederhana diartikan sebagai kekompakan, dapat didefinisikan sebagai proses dinamis yang tercermin dalam kecenderungan untuk menjalin dan mengembangkan kebersamaan yang padu guna mencapai suatu tujuan dalam Syahrial. Munandar 2001 menyatakan semakin para anggota saling tertarik dan makin sepakat anggota terhadap sasaran dan tujuan kelompok maka makin kohesif kelompoknya dalam Purwaningtyastuti. Kelompok-kelompok yang sangat kohesif lazimnya terdiri dari individu-individu yang termotivasi untuk bersatu, sehingga akibatnya manajemen atau sebagian manajemen cenderung mengharapkan kelompok yang kohesif tersebut menunjukkan kinerja yang efektif dalam Purwaningtyastuti, 2012. Menurut Maksmum kohesivitas yang secara sederhana diartikan sebagai kekompakan, dapat didefinisikan sebagai proses dinamis yang tercermin dalam kecenderungan untuk menjalin dan mengembangkan kebersamaan yang padu guna mencapai suatu tujuan dalam Syahrial, 2013. Kohesivitas kelompok menurut Robbins adalah tingkat dimana anggota-anggota kelompok saling tertarik satu sama lain dan termotivasi untuk tinggal di dalam kelompok tersebut dalam Permana, 2017. Kohesivitas adalah semua kekuatan yang menyebabkan anggota bertahan dalam kelompok, seperti kesukaan pada anggota lain dalam kelompok dan keinginan untuk menjaga atau meningkatkan status dengan menjadi anggota dari kelompok yang tepat Permana, 2017. Berdasarkan pendapat para peneliti terdahulu, penulis menarik sebuah kesimpulan tentang definis kekompakan yaitu merupakan sikap yang ditunjukkan setiap anggota kelompok dengan saling tertarik dan menyatu dalam kerjasama untuk mencapai tujuan kelompok. Berdasarkan observasi di SMA Negeri 3 Kota Jambi, pada proses pembelajaran terlihat pembelajaran berorientasi pada hasil, hal ini membuat siswa menjadi saling berkompetisi. Seperti yang disampaikan oleh Rosita bahwa Jurnal Edufisika Volume 3 Nomor 2, Desember 2018 Kerjasama dan Kekompakan .... Amalla Rizki Putri, dkk hal32-40 34 pembelajaran yang hanya berorientasi pada hasil belajar semata, tentu akan memberikan dampak kurang positif pada siswa karena siswa akan cenderung individualistis, kurang bertoleransi, dan jauh dari nilai-nilai kebersamaan. Selain itu, sekolah ini memiliki siswa yang berasal dari berbagai macam agama, suku, dan ras. Hal ini membuat sebagian siswa menjadi lebih bersifat individualis. Sifat individualis karena merasa tidak membutuhkan orang lain dan tidak suka bekerja dalam kelompok, siswa cenderung berkompetensi secara individual di kelas, bersikap tertutup terhadap teman, kurang memberikan perhatian terhadap teman sekelas, ingin menang sendiri dan sebagainya. Sementara pada era ini, guru lebih mengedepankan metode pembelajaran yang membutuhkan kerjasama antar siswa daripada metode ceramah yang hanya berpusat pada guru. Sehingga, pada proses pembelajaran fisika sangat dibutuhkan kerja-sama dan kekompakan yang baik. Pembelajaran fisika yang berpacu pada konsep-konsep memerluan pemahaman yang tinggi. Terkadang, satu guru tidak dapat mengimbangi banyaknya siswa di kelas. Sementara, jika dalam satu pembelajaran terdapat dua guru, maka pembelajaraan akan kacau dan tidak terarah. Di beberapa tempat ditemukan siswa saling belajar bersama, berdiskusi, saling berbagi pengetahuan untuk mengimbangi hal tersebut. Kondisi inilah yang dianggap paling efisien dibandingkan harus menambah waktu belajar di bimbel. Sehingga siswa dituntut saling kerjasama agar pem-belajaran lebih efektif dan efisien. Pembelajaran fisika lainnya adalah dalam bentuk praktikum. Oleh karena alat, bahan dan waktu yang terbatas pembelajaran yang terdapat praktikum dibagi dalam beberapa kelompok. Agar praktikum berjalan lancar dan tujuan tercapai, maka siswa dituntut agar melakukan kerjasama yang baik antar kelompok, dan kompak dalam kelompok agar tercapainya pembelajaran dengan baik. Berdasarkan hal yang telah dijelaskan, maka peneliti mengadakan penelitian mengenai “kerjasama dan kekompakan siswa dalam pembelajaran fisika di kelas XI MIPA SMA Negeri 3 Kota Jambi”. Metode Penelitian Desain Penelitian Pada penelitian ini terdapat dua variabel independen tanpa variabel dependen. Variabel independen pertama X1 yaitu kerjasama siswa cooperation, dan variabel independen kedua X2 yaitu kekompakan siswa student cehesiveness. Karena tidak menggunakan variabel dependen, maka metode yang paling tepat adalah metode deskriptif. Dimana peneliti akan mendeskripsikan hasil penelitian secara rinci. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian bertempat di SMAN 3 Kota Jambi. Waktu penelitian dilakukan mulai dari Kamis tanggal 8 Maret sampai dengan Senin 12 Maret 2018 dengan perhitungan hari efektif selama 3 hari. Selama tiga hari, peneliti mengumpulkan data dari 7 kelas yaitu XI MIPA 1, 2, 3, 4, 5, 6, dan 7. Target/Subjek Penelitian Populasi dalam penelitian ini adalah berjumlah 268 responden. Sampel yang digunakan adalah sebanyak populasi yaitu 268 responden. Teknik sampling yang digunakan adalah Total Sampling. Total sampling dalam Sugiyono adalah teknik pengambilan sampel dimana jumlah sampel sama dengan populasi. Makin banyak sampel yang digunakan, makin kecil tingkat kesalahan. Mengingat teknik ini dianggap paling akurat dan terbebas dari pengaruh kesalahan sampel sample errors, sehingga teknik sampling yang cocok digunakan dalam penelitian ini adalah Total Sampling. Prosedur Berdasarkan desain penelitian yang dipilih, prosedur penelitian yang digunakan diadaptasi dari Sugiyono 2016 adalah sebagai berikut. Jurnal Edufisika Volume 3 Nomor 2, Desember 2018 Kerjasama dan Kekompakan .... Amalla Rizki Putri, dkk hal32-40 35 Gambar 1. Skema Makro Langkah-Langkah Penelitian Teknik pengumpulan data mengguna-kan kuesioner. Untuk memudahkan dalam pe-nelitian, penulis menggunakan kuesioner yang telah baku. Kuesioner yang digunakan adalah Kuesioner WIHIC What Is Happening In This Class? dikenal juga dengan persepsi siswa terhadap lingkungan belajar di kelas. Selan-jutnya data akan dianalisis secara deskriptif dengan menggunakan statistik deskriptif melalui program MS. Exel. Hasil Penelitian dan Pembahasan Berikut ini hasil statistik deskriptif kerjasama siswa dalam pembelajaran fisika di kelas untuk tiap kelas disajikan pada tabel 1 dan penjabaran tiap item disajikan pada tabel 2. Tabel 1. Kerjasama Siswa dalam Pembelajaran Fisika di Kelas untuk Tiap Kelas Berdasarkan tabel 1, dapat dilihat nilai rata-rata untuk seluruh kelas adalah sebesar 4,20 dengan nilai standar deviasi 0,84 ini menunjukkan data yang diperoleh representatif. Jika nilai rata-rata dibandingkan dengan tabel tentang klasifikasi kategori seberapa baik kerjasama siswa dalam pembelajaran fisika di kelas, maka nilai 4,20 termasuk dalam rentang 4,01-5,00 yaitu “Sangat Baik”. Kelas yang memiliki rata-rata tertinggi yaitu kelas G dilanjutkan dengan kelas A, F, C, B, D, dan E. Berikut ini penyajian dalam bentuk diagram batang. Gambar 2. Diagram Batang Kerjasama siswa dalam Pembelajaran Fisika di Kelas untuk Tiap Kelas [VALUE]0 4,17 4,19 [VALUE]0 3,95 4,22 4,49 3,6 3,8 4 4,2 4,4 4,6 A B C D E F G RATA-RATA KELAS Jurnal Edufisika Volume 3 Nomor 2, Desember 2018 Kerjasama dan Kekompakan .... Amalla Rizki Putri, dkk hal32-40 36 Tabel 2. Kerjasama Siswa dalam Pembelajaran Fisika di Kelas Berdasarkan tabel 2, item yang menyumbang nilai tertinggi adalah item 2 dilanjutkan dengan item 4, item 1, item 3, item 5, item 8, item 6 dan item 7. Item yang menyumbang nilai tertinggi adalah item 2 sebesar 13,98% yaitu pernyataan bahwa siswa berbagi buku-buku dan sumber belajar yang mereka miliki kepada siswa lainnya ketika menyelesaikan tugas. Sebagaimana dikatakan oleh Krisnadi 2007 bahwa kerjasama merupakan kolaborasi antar kelompok, dimana kegiatan belajar yang lebih menekankan kepada seberapa besar sumbangan masing-masing anggota kelompok terhadap pencapaian tujuan kelompok dalam Suhardi. Item ini mem-buktikan bahwa untuk mencapai tujuan pembe-lajaran siswa bekerjasama saling meminjamkan sumber belajara buku pelajaran kepada anggota kelompok lainnya. Item selanjutnya yang menyumbang nilai tertinggi kedua adalah item 4 sebesar 13,38% yaitu pernyataan bahwa siswa mengerjakan proyek bersama teman lainnya di kelas, dan item 1 sebesar 13,35% yaitu pernyataan bahwa siswa saling bekerjasama dengan siswa lainnya ketika menyelesaikan tugas. Hapsari 2014 menyatakan bahwa keberhasilan dalam menyelesaikan tugas-tugas sangat bergantung pada sejauh mana mereka berinteraksi satu sama lain. Idealnya, baik interaksi antarsiswa maka baik pula hasilnya. Untuk beberapa metode pembelajaran seperti diskusi dan praktikum membutuhkan kerjasama yang baik, dimana siswanya saling berinteraksi dengan baik dalam Anjani. Hasil penelitian menggambarkan bahwa interaksi antar siswa termasuk dalam kategori baik, sehingga ini membuktikan kerjasama antarsiswa termasuk kategori baik karena interaksi yang baik. Item 3 menyumbang nilai sebesar 12,94% dengan pernyataan bahwa terdapat kerjasama tim ketika belajar kelompok di kelas. Hal ini menggambarkan bahwa siswa melakukan kegiatan positif saat pembelajaran, mereka melakukan pekerjaan menguntungkan siswa lainnya sehingga timbul kerjasama yang baik dalam kelompok. Dikatakan oleh Yulianti 2016 kerjasama dalam pembelajaran dilakukan oleh dua orang siswa atau lebih yang saling berinteraksi, menggabungkan tenaga, ide atau pendapat dalam waktu tertentu dalam mencapai tujuan pembelajaran sebagai kepentingan bersama. Item 5 menyumbang nilai sebesar 11,95% dengan pernyataan bahwa siswa belajar dari siswa lainnya di kelas. Karena terbatasnya waktu pembelajaran di kelas membuat siswa memiliki keterbatasan dalam belajar, terlebih lagi dalam satu kelas perbandingan guru dan siswa rata-rata adalah 140 sehingga memungkinkan siswa untuk belajar dari siswa lainnya yang lebih paham akan pelajaran untuk mencapai tujuan pembelajaran, inilah bentuk kerjasama siswa. Dijelaskan juga lebih lanjut oleh Nasia 2014 keterampilan kerjasama dalam kelompok adalah kepedulian satu orang atau satu pihak dengan orang atau pihak lain yang tercermin dalam satu kegiatan yang menguntungkan semua pihak dengan prinsip saling percaya, menghargai dan adanya norma yang mengatur dalam Anjani. Item 8 menyumbang nilai sebesar 11,74% dengan pernyataan bahwa para siswa bekerjasama bersama dalam mencapai tujuan-tujuan. Dalam pembelajaran, terdapat satu tujuan pembelajaran yang harus dicapai siswa. Oleh karena tujuan ini hanya satu untuk semua siswa, hendaknya siswa saling bekerjasama dalam mencapai tujuan pembelajaran. Pamudji 1985 mengatakan bahwa kerjasama pada hakikatnya mengindikasi adanya dua pihak atau lebih yang berinteraksi secara dinamis untuk Jurnal Edufisika Volume 3 Nomor 2, Desember 2018 Kerjasama dan Kekompakan .... Amalla Rizki Putri, dkk hal32-40 37 mencapai suatu tujuan bersama. Ditambahkan pula oleh Hapsari 2014 yang mengatakan kerjasama adalah suatu bentuk interaksi sosial ketika tujuan anggota kelompok yang satu berkaitan erat dengan tujuan anggota yang lain atau tujuan kelompok secara keseluruhan sehingga setiap individu hanya dapat mencapai tujuan apabila individu lain juga mencapai tujuan. Item 6 menyumbang nilai sebesar 11,49% dengan pernyataan siswa mengerjakan kegiatan kelas bersama siswa lainnya. Hal ini disampaikan oleh Zainudin 2013 kerjasama merupakan kepedulian satu orang atau satu pihak dengan orang atau pihak lain dengan prinsip saling percaya, menghargai dan adanya norma yang mengatur. Bekerjasama akan terjadi bila memiliki tujuan yang singkron atau sama. Dengan bekerjasama maka pencapaian tujuan pembelajaran akan lebih efektif dan efisien. Siswa memiliki tingkat kerjasama yang tinggi apabila siswa bekerjasama dengan baik kepada semua siswa dan saling menguntungkan satu sama lainnya. Kerjasama pun tidak hanya pada pembelajaran bahkan juga untuk kegiatan lain. Hal tersebut sejalan dengan item 7 yang menyumbang nilai sebesar 11,16% dengan pernyataan siswa bekerjasama dengan siswa lainnya dalam kegiatan kelas. Kerjasama siswa dikatakan sangat baik karena sebagian besar siswa merasa saling bekerjasama dengan siswa lain dalam kelompok untuk mengerjakan tugas dan proyek, menggunakan sumber belajar secara bersama-sama, untuk memperdalam pemahaman siswa belajar dari siswa lainnya, bukan hanya bekerjasama dalam mencapai tujuan, tetapi juga dalam kegiatan kelas lainnya. Berikut ini hasil statistik deskriptif kekompakan siswa dalam pembelajaran fisika di kelas untuk tiap kelas disajikan pada tabel 3 dan penjabaran tiap item disajikan pada tabel 4. Tabel 3. Kekompakan Siswa dalam Pembelajaran Fisika di Kelas untuk Tiap Kelas Berdasarkan tabel 3, dapat dilihat nilai rata-rata untuk seluruh kelas adalah sebesar 3,86 dengan nilai standar deviasi 0,88 ini menunjukkan data yang diperoleh representatif. Jika nilai rata-rata dibandingkan dengan tabel tentang klasifikasi kategori seberapa baik kekompakan siswa dalam pembelajaran fisika di kelas, maka nilai 3,86 termasuk dalam rentang 3,01-4,00 yaitu “Baik”. Kelas yang memiliki rata-rata tertinggi yaitu kelas G dilanjutkan dengan kelas C, B, A, E, F, dan D. Berikut ini penyajian dalam bentuk diagram batang. Gambar 3. Diagram Batang Kerjasama siswa dalam Pembelajaran Fisika di Kelas untuk Tiap Kelas [VALUE] 3,92 3,99 [VALUE] 3,73 3,72 4,06 3,4 3,5 3,6 3,7 3,8 3,9 4 4,1 A B C D E F G RATA-RATA KELAS Jurnal Edufisika Volume 3 Nomor 2, Desember 2018 Kerjasama dan Kekompakan .... Amalla Rizki Putri, dkk hal32-40 38 Tabel 4. Kekompakan Siswa dalam Pembelajaran Fisika di Kelas Berdasarkan tabel 4, item yang me-nyumbang nilai tertinggi adalah item 10 dilanjutkan dengan item 13, item 12, item 15, item 9, item 14, item 11 dan item 16. Item yang memberikan nilai tertinggi adalah item 10 yang menyumbang nilai sebesar 13,03% dengan penyataan bahwa siswa mengenal siswa lainnya di kelas. Kekompakan antarsiswa dapat dilihat dari apakah mereka mengetahui anggota kelas mereka, tidak akan bisa dikatakan kompak apabila siswa tidak mengetahui anggota kelasnya sehingga mereka dapat bekerja dengan baik sehingga timbul kekompakan antar siswa tersebut. Sebagaimana dikatakan Robbins 2012 kohesivitas kelompok adalah tingkat dimana anggota anggota kelompok saling tertarik satu sama lain dan termotivasi untuk tinggal di dalam kelompok tersebut dalam Permana. Item 13 menyumbang nilai sebesar 12,80% dengan pernyataan siswa bekerja dengan baik dengan semua orang di kelas. Dengan bekerjasama antar anggota di kelas, siswa dapat dikatakan kohesif. Kelompok-kelompok yang sangat kohesif lazimnya terdiri dari individu-individu yang termotivasi untuk bersatu, sehingga akibatnya manajemen atau sebagian manajemen cenderung mengharapkan kelompok yang kohesif tersebut menunjukkan kinerja yang efektif dalam Purwaningtyastuti. Item 12 menyumbang nilai sebesar 12,76% dengan pernyataan siswa merasa semua orang di kelas adalah temannya. Suatu kelompok dapat dikatakan kompak apabila antar anggota kelompoknya memiliki hubungan yang baik. menurut Maksmum 2011 kohesivitas yang secara sederhana diartikan sebagai kekompakan, dapat didefinisikan sebagai proses dinamis yang tercermin dalam kecenderungan untuk menjalin dan mengembangkan kebersamaan yang padu guna mencapai suatu tujuan dalam Syahrial. Hal ini sejalan dengan item 9 yang menyumbang nilai sebesar 12,57% dengan pernyataan siswa merasa bersahabat dengan mudah terhadap siswa lainnya, dan item 11 sebesar 11,89% dengan pernyataan siswa merasa bersikap ramah dengan semua orang di kelas. Item 15 menyumbang nilai sebesar 12,62% dengan pernyataan bahwa siswa merasa semua siswa di kelas menyukainya. Bila anggota kelompok saling menyukai satu sama lain dan dieratkan dengan ikatan persahabatan, kekom-pakan kelompok akan tinggi. Menurut Permana 2017 kohesivitas adalah semua kekuatan yang menyebabkan anggota bertahan dalam kelom-pok, seperti kesukaan pada anggota lain dalam kelompok dan keinginan untuk menjaga atau meningkatkan status dengan menjadi anggota dari kelompok yang tepat. Item 14 menyumbang nilai sebesar 12,52% dengan pernyataan bahwa siswa membantu semua orang di kelas yang memiliki masalah dengan pekerjaan mereka. Munandar 2001 menyatakan semakin para anggota saling tertarik dan makin sepakat anggota terhadap sasaran dan tujuan kelompok maka makin kohesif kelompoknya dalam Purwaningtyas-tuti. Sehingga siswa saling membantu ketika memiliki masalah. Hal ini sejalan dengan item 16 yang menyumbang nilai sebesar 11,83% dengan pernyataan siswa merasa mendapat bantuan dari siswa lainnya di kelas. Kekompakan siswa dikatakan baik karena sebagian besar siswa merasa mengetahui dan berteman dengan semua siswa di kelas, saling menyukai antarsiswa, saling bekerjasama dan membantu dalam kesulitan dengan pekerjaan mereka. Jurnal Edufisika Volume 3 Nomor 2, Desember 2018 Kerjasama dan Kekompakan .... Amalla Rizki Putri, dkk hal32-40 39 Simpulan dan Saran Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan tentang kerjasama dan kekompakan siswa dalam pembelajaran fisika di kelas XI MIPA SMAN 3 Kota Jambi sebanyak 268 responden, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa kerjasama siswa dalam pembelajaran fisika di kelas XI MIPA SMAN 3 Kota Jambi termasuk dalam kategori “Sangat Baik”, dan kekompakan siswa dalam pembelajaran fisika di kelas XI MIPA SMAN 3 Kota Jambi termasuk dalam kategori “Baik”. Saran yang dapat disampaikan untuk pihak siswa, guru dan sekolah, hendaknya lebih menekankan nilai-nilai cooperation dan student cohesiveness lebih baik lagi pada pembelajaran fisika khususnya agar efektifitas pencapaian tujuan pembelajaran lebih tinggi lagi. Dan untuk pihak mahasiswa, hendaknya lebih giat lagi dalam menuntut ilmu agar dapat menerapkan ilmunya kepada masyarakat secara sempurna. Daftar Pustaka Aisyah. Penggunaan Model Cooperative Learning Tipe Think Pair Share Untuk Meningkatkan Hasil Belajar PKn Pada Siswa Kelas IV SD Muhammadiyah 3 Palu. Kreatif Tadulako, 44 297-305. Alfayummi dan Tanti. Hubungan Persepsi Siswa Terhadap Lingkungan Belajar Dengan Motivasi Belajar Pada Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam Terpadu Di Madrasah Tsanawiyah Negeri Olak Kemang. Prosiding, Seminar Nasional MIPA dan Pendidikan MIPA. Anjani, D., Suciati dan Maridi, 2017. Profil Keterampilan Kerjasama Dalam Kelompok Siswa Kelas XI SMA Negeri 8 Surakarta Pada Materi Sistem Peredaran Darah. Seminar Nasional Pendidikan Sains II. 94-98. Bagus D. Perbedaan Kohesivitas Siswa Yang Mengikuti Ekstrakurikuler Olahraga Dengan Siswa Yang Mengikuti Ekstrakurikuler Non Olahraga Di SMA Negeri 1 Sleman. Ilmu Keolahragaan. Dwiyanto, A. dk, 2012, Hubungan antara kohesivitas kelompok dengan komitmen organisasi pada karyawan PT. NA. Pekalongan, Seminar Nasional Psikologi Islami, halaman 272. Hapsari, N. S. dan Yonata, B., 2014. Keterampilan Kerjasama Saat Diskusi Kelompok Siswa Kelas XI IPA Pada Materi Asam Basa Melalui Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Di SMA Kemala Bhayangkari 1 Surabaya. Unesa of Chemical Education, 32 181-188. Limpo, J. N., Oetomo, H. dan Suprapto, M. H., 2013. Pengaruh Lingkungan Kelas Terhadap Sikap Siswa Untuk Pelajaran Matematika. Humanitas, 101 37-48. Nasia, S., Saneba, B. dan Hasdin. Meningkatkan Kerjasama Siswa Pada Pembelajaran PKn Melalui Value Clarification Technique VCT Di Kelas IV GKLB Sabang. Kreatif Tadulako, 23 63-77. Nurhayati, RP. Pengaruh Lingkungan Belajar Di Kelas Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Kewirausahaan Di SMK Bina Mandiri Indonesia Surakarta Tahun Pelajaran 2014/2015. Universitas Sebelas Maret. Permana, M. M. A. 2017. Persepsi Terhadap Kohesivitas Kelompok Kerja Dengan Intensi Turnover Pada Pramuniaga. Psikologi Teori dan Terapan, 81 24-32. Purwaningtyastuti dkk. 2012. Kohesivitas Kelompok Ditinjau Dari Komitmen Terhadap Organisasi Dan Kelompok Pekerjaan. Kajian Ilmiah Psikologi, 12 179-182. Rosita I. Meningkatkan Kerjasama Siswa Melalui Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Share. Formatif, 31 1-10. Sugiyono. 2016. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung Alfabeta. Jurnal Edufisika Volume 3 Nomor 2, Desember 2018 Kerjasama dan Kekompakan .... Amalla Rizki Putri, dkk hal32-40 40 Suhardi, 2013. Peningkatan Partisipasi Dan Kerjasama Siswa Menggunakan Model Kooperatif Tipe Jigsaw Pada Materi Protozoa Kelas X SMA Negeri Pengasih. Pendidikan Matematika Dan Sains, 12 140-146. Suparno, Paul. 2010. Metode Penelitian Pendidikan Fisika. Yogyakarta Universitas Sanata Dharma. Syahrial, M. I. A., 2013. Perbandingan Tingkat Kohesivitas Antara Siswa Rintisan Sekolah Berstandar Internasional RSBI dan Sekolah Standar Nasional SSN. Pendidikan Olahraga dan Kesehatan, 12 435-439. Winarno, B., 2012. Pengaruh Lingkungan Belajar Dan Motivasi Berprestasi Terhadap Hasil Belajar Siswa Kompetensi KeahlianTeknik Otomasi Industri Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 2 Depok Yogyakarta. Universitas Negeri Yogyakarta. Yulianti, S. D., Djatmika, E. T. dan Santoso, A., 2016. Pendidikan Karakter Kerjasama Dalam Pembelajaran Siswa Sekolah Dasar Pada Kurikulum 2013. Teori dan Praksis Pembelajaran IPS, 11 33-38. ... Students feelings towards physics subjects will be reflected through the attitudes they show during the eye process at the time of learning. The higher the concentration of teachers and students, the more effective the learning activity is, on the other hand, if the concentration of students is low, the results will not be optimal [28]- [30]. ...Roro HoyiMinarni MinarniResearch Objectives This study aims to see students' responses using a simulation model while studying physics at SMAN 1 Muaro Jambi. Methodology This type of research is Mixed Methods in quantitative methods using student response questionnaires, and qualitative methods using interview instruments. The research subjects were 29 students from one class X MIA 5. Quantitative data analysis techniques used descriptive statistics. Main Findings The results of the analysis obtained from student responses using simulation models in physics subjects, namely, have a good response in using simulation models. Novelty/Original Research Choosing a good learning model will affect students' attitudes during class hours, if the learning model makes students enthusiastically active, the learning process will be productive. In the physics subject, students' responses using the direct instruction model can be said that students do not understand the concepts and formulas described by the teacher.... Hal tersebut mengharuskan pendidikan agar terus di kembangkan secara terus menerus sesuai dengan perkembangan zaman. Menurut Putri, dkk Lingkungan belajar merupakan bagian dari proses belajar yang menciptakan tujuan belajar [1]. Lingkungan belajar tidaklah lepas dari keberadaan siswa dalam belajar. ...Farida SubhanEva Asnita SilitongaTujuan Penelitian Tujuan penelitian ini untuk mengetahui minat belajar siswa/i yang dapat memotivasi dalam pembelajaran fisika. Metodologi Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan pengumpulan data menggunakan skala minat belajar fisika. Analisis data pada penelitian ini menggunakan uji hipotesis berupa uji korelasi. Temuan Utama Hasil penelitian menunjukkan hasil Sig 2-tailed < α yaitu 0,05, maka minat belajar berpengaruh terhadap motivasi belajar siswa. Keterbaruan/Keaslian dari Penelitian -... Mata pelajaran Fisika seringkali dianggap sulit oleh sebagian besar siswa di sekolah menengah pertama SMP dan sekolah menengah atas SMA [1]. Anggapan ini sangat berpengaruh besar pada minat belajar siswa pada mata pelajaran fisika disekolah tersebut [2]. ...Shella MaryaniTujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini ialah untuk menganalisis hubungan antara minat siswa terhadap mata pelajaran Fisika dengan Hasil belajar siswa dalam materi Elastisitas dan Hukum Hook. Metodologi jenis penelitian yang cocok adalah penelitian deskriptif dengan pendekatan korelasional yaitu penelitian yang menggambarkan hubungan antara satu atau beberapa variabel dengan variabel lain penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan minat terhadap hasil belajarnya. Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan SPSS sedangkan Pengumpulan data dilakukan melalui google form, dengan metode pengumpulan data menggunakan angket dan soal. Temuan Utama Berdasarkan judul penelitian yakni menganalisis hubungan minat belajar dan setelah dilakukan uji maka di dapati kesimpulan minat belajar dan prestasi belajar siswa berada pada kategori cukup baik, dimana sebagian besar siswa sudah memiliki minat dalam belajar. Terdapat hubungan yang signifikan antar minat belajar siswa dengan prestasi belajar, bersadarkan uji korelasi hubungan bernilai positif. Keterbaruan/Keaslian dari Penelitian Penelitian ini menggambarkan hubungan antara satu atau beberapa variabel dengan variabel lain penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan minat terhadap hasil belajarnya.... Adopsi dari sikap ilmiah adalah siswa yang menempatkan dirinya sebagai layaknya seorang ilmuwan serta bersikap ilmiah dengan segala perbuatan dan kebiasaan dalam hidupnya. Adopsi sikap ilmiah siswa dapat kita lihat melalui keterampilan siswa pada saat praktikum [30] [31]. Salah satu kendala dalam proses pembelajaran fisika adalah kurangnya siswa berpikir secara ilmiah tentang Fisika berdasarkan konsep sehingga dalam sulit mempelajari hal-hal yang abstrak [32]. ...Ani RahayuDinda Desma RomadonaTujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sikap siswa terhadap mata pelajaran fisika di SMK Raudhatul Mujawwidin. Metodologi Desain penelitian ini adalah pendekatan penelitian kuantitatif menggunakan metode survei dengan instrumen yang digunakan adalah angket kuisioner. Sampel dari penelitian ini yaitu 75 siswa di SMK Raudhatul Mujawwidin. Teknik analisis data kuantitatif menggunakan statistik sedkriptif. Sikap siswa terhadap fisika yang akan didiskusikan pada fokus penelitian ini berhubungan dengan beberapa indikator diantaranya indikator implikasi sosial terhadap fisika, sikap terhadap penyelidikan dalam fisika dan adopsi dari sikap ilmiah Temuan Utama Hasil dari 3 indikator yang didiskusikan pada penelitian ini, pada indikator implikasi sosial terhadap fisika sebanyak 52% berkategori baik. Untuk indikator sikap terhadap penyelidikan dalam fisika sebesar berkategori cukup. Kemudian pada indikator adopsi dari sikap ilmiah sebesar 32% berkategori baik. Novelty/Originality of this study Keterbahuan ini terdapat pada indicator yang digunakan oleh peneliti yaitu, sikap ilmiah, implikasi, dan sikap dalam penyelidikan fisika... Menurut Putri [4] Lingkungan belajar tidaklah lepas dari keberadaan siswa dalam belajar. Kebiasaan belajar siswa dipengaruhi oleh kebiasaan siswa dalam belajar di sekolah, di rumah maupun di masyarakat [5]. ...Ahmad WidodoFera YusmanitaTujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui hubugan Motivasi Belajar dan Hasil Belajar Siswa Kelas XI MIPA 3 di SMA Negeri 1 Muaro Jambi. Metodologi Jenis penelitian yang digunakan yaitu penelitian kuantitatif dengan pendekatan deskriptif. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan instrument angket dan tes. Untuk mengukur motivasi menggunakan tes skala. Tes hasil belajar menggunakan soal-soal berupa pilihan ganda dengan 25 butir dengan materi gelombang bunyi. Populasi penelitian ini adalah siswa kelas XI MIPA 3 di SMA Negeri 1 Muaro Jambi yang diambil dengan jumlah sampel sebanyak 24 siswa dari jumlah keselurah siswa yaitu 34 siswa. Teknik pengambilan sampel dengan menggunakan teknik random sampling. Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu Descriptive parametrik. Uji hipotesis yang digunakan yaitu uji korelasi. Temuan Utama Berdasarkan hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara motivasi belajar fisika siswa kelas XI MIPA 3 dengan hasil belajar pada materi gelombang bunyi. Keterbaruan/Keaslian dari Penelitian Dapat mengetahui hubungan motivasi belajar siswa dengan hasil belajar siswa pada pembelajaran fisika... Mata pelajaran Fisika seringkali dianggap sulit oleh sebagian besar siswa di sekolah menengah pertama SMP dan sekolah menengah atas SMA [1]. Anggapan ini sangat berpengaruh besar pada minat belajar siswa pada mata pelajaran fisika disekolah tersebut [2]. ... Mashelin WulandariTujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan sikap siswa kelas X di SMA Negeri 1 Sungai Penuh terhadap pelajaran fisika. jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif. Metodologi Subjek dari penelitian ini adalah siswa kelas X SMA Negeri 1 Sungai Penuh dengan rincian kelas X MIPA 1, X MIPA 2, dan X MIPA 3. Penelitian ini menggunakan teknik total dengan total 60 siswa dari ketiga kelas tersebut. Metode yang digunakan adalah metode kuantitatif dan teknik analisa data statistik deskriptif dengan bantuan software IBM SPSS Statistics. Instrument angket menggunakan skala likert yang terdiri dari 5 indikator.. Temuan Utama Hasil persentase dominan yang diperoleh untuk setiap indikator adalah 90% pada implikasi sosial dari fisika, 71,7 % pada normalitas ilmuwan fisika, 70% pada indikator sikap terhadap penyelidikan dalam fisika , 65% pada indikator adopsi dari sikap ilmiah dan 83,3% pada indikator kesenangan dalam belajar fisika. Sehingga dari seluruh indikator dapat dikatakan bahwa siswa kelas X di SMA Negeri 1 Sungai Penuh memiliki sikap yang baik terhadap pelajaran fisika. Keterbaruan/Keaslian dari Penelitian Sikap siswa dikategorikan sangat baik. Karena persentase nilai yang dominan berada di kategori baik.... Pembelajaran fisika yang berpacu pada konsep-konsep memerluan pemahaman yang tinggi. Terkadang, satu guru tidak dapat mengimbangi banyaknya siswa di kelas [14]. Banyaknya Siswa terkadang sulit untuk diatur supaya kondusif diruangan kelas. ...Husna MayasariAgnes Aktapianti Br. GintingTujuan Penelitian Penelitian ini dilakukan bertujuan untuk mengetahui sikap siswa terhadap mata pelajaran fisika di SMA N Titian Teras H. Abdurrahman Sayoeti. Metodologi Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan pendekatan kuantitatif dengan metode pengumpulan data menggunakan instrumen penelitian berupa angket atau kuesioner yang disebar secara online. Hasil penelitian yang dari data telah didapatkan akan di analisis menggunakan teknik analisis deskriptif berupa mencari nilai mean, median, maksimum dan minimum serta frekuensi dan persentase. Temuan Utama Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan menggunakan aplikasi spss dapat di ketahui bahwa sikap belajar siswa dikelas X MIPA3 di SMA N Titian Teras H. Abdurahman Sayoeti dapat di kategorikan “baik”. Keterbaruan/Keaslian dari Penelitian Penelitian ini mengkaji bagaimana sikap belajar siswa terhadap pelajaran fisika di SMA.... Fisika adalah mata pelajaran pada jenjang pendidikan sekolah Menengah Atas SMA yang dirancang agar peserta didik memahami alam di sekitarnya secara ilmiah dan mempersiapkan siswa yang melek sains dan teknologi melalui pengembangan keterampilan proses, keterampilan berpikir, penguasaan konsep sains dan kegiatan teknologi [6], [7]. Pelajaran Fisika seringkali dianggap sebagai suatu pelajaran yang sukar, membosankan, sulit bahkan dianggap menakutkan bagi siswa [8]. Akibatnya siswa tidak dapat fokus tentang materi apa yang telah disampaikan oleh guru . ...Retno NurwulanFeri FebriantoTujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sejauh mana disiplin belajar siswa kelas XII MIPA di SMA Negeri 1 Kuala Tungkal dalam belajar mata pelajaran fisika. Metodologi Subjek dalam penelitian ini yaitu siswa kelas XII MIPA di SMA Negeri 1 Kuala Tungkal. Objek dalam penelitian ini yaitu disiplin belajar siswa kelas XII MIPA di SMA Negeri 1 Kuala Tungkal terhadap mata pelajaran fisika. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan jenis metode studi kasus case study. Pengumpulan data dilakukan dengan teknik pemberian angket pada siswa dan pengolahan data dilakukan dengan teknik Analysis Interactive model dari Miles dan Huberman. Selanjutnya membuat persentase dari hasil angket siswa. Temuan Utama Berdasarkan hasil analisis data dari tiap indikator disiplin didapati bahwa secara keseluruhan siswa kelas XIX MIPA di SMA Negeri 1 Kuala Tungkal memiliki disiplin yang baik dalam kegiatan belajar pada ilmu fisika dengan persentase rata-rata skor 79,43 %. Ketaatan terhadap tata tertib sekolah dengan persentase rata-rata skor 96,55 % dan ketaatan dalam mengerjakan tugas sekolah dengan persentase rata-rata skor 67,99 %. Berdasarkan hasil analisis tersebut menunjukkan bahwa siswa kelas XII MIPA di SMA Negeri 1 Kuala Tungkal memiliki disiplin yang baik terhadap mata pelajaran fisika. Keterbaruan/Keaslian dari Penelitian Keterbaruan penelitian ini yaitu adanya analisis disiplin belajar fisika siswa di jenjang kelas XII, dengan temuan siswa di SMAN 1 Kuala Tungkal memiliki disiplin yang baik.... The purpose of education is to realize the process of developing the personal qualities of students who do not only intend to form intelligent Indonesian people, but also have personality or character, so that later generations of nations will be born who grow and develop with useful characters [1]. Character education in order to help students not only to become smart but also to become good [2]. In the formation of this character, the teacher is the main key that helps build character in students through the learning process. ...Darwita HendriyaniResearch Objectives This study aims to develop a Guided Inquiry-based Physics module on work and energy material for class X SMA and to find out students' perceptions of the media being developed. Methodology This research is research development Research and Development using the 4D development model Define-Design-Development-Dissemination. However, this research was only carried out up to the Development stage. The research instrument used was a student needs questionnaire. Data were analyzed using descriptive statistical analysis techniques. The subjects of this development research were students of class X IPA 3 in 2018. The resulting media has specifications in the .exe format which can be operated on a computer/laptop without installing PageFlip Professional 3D software. Main Findings The results of the development trial show that the Physics electronic module can increase students' interest in the Physics learning process in the material of work and energy. Based on the results of the research, it can be concluded that the Guided Inquiry-based Physics electronic module on work and energy material for class X SMA that was developed is suitable for use as an independent or additional learning medium in the learning process of students. Novelty/Originality of Research The importance of innovation in learning is to attract students' interest and motivation in learning, therefore, the need for new innovations carried out by teachers in learning that they are capable of Wulan DariAfrihesty SuzimaTujuan penelitian Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan kemampuan berpikir kritis siswa SMAN 8 Muaro Jambi Pada pembelajaran fisika materi suhu dan kalor. Metodologi Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu pendekatan dengan metode campuran mixed methods dengan desain sequential explanatory yang menggabungkan metode penelitian kuantitatif dengan kualitatif secara berurutan. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini siswa SMAN 8 Muaro Jambi yang berjumlah 96 siswa kelas XI MIPA 1 sampai XI MIPA 3 semester ganjil 2019/2020. Teknik pengumpulan data menggunakan tes dan wawancara. Temuan utama Hasil penelitian menunjukkan bahwa indikator kemampuan klasifikasi dasar materi suhu dan kalor termasuk dalam kategori tidak kritis dengan persentasi 53,1%. Indikator kemampuan pengambilan keputusan materi suhu dan kalor termasuk dalam kategori tidak kritis dengan persentasi 54%. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh bahwa siswa SMAN 8 Muaro Jambi tergolong dalam kategori tidak kritis. Rendahnya kemampuan berpikir kritis siswa disebabkan karena siswa belum terbiasa disajikan pembelajaran aktif yang memaksimalkan potensi berpikir siswa. Aplikasi dari penelitain Penelitian ini dapat digunakan dalam menganlisis kemampuan berfikir kritis yang dimiliki siswa. Keterbaruan penelitian keterbaruan dalam penelitian yaitu berupa menganalisis kemapuan berfikir kritis yang dimiliki siswa SMAN 8 Muaro Novita LimpoHasan Oetomo Maria Helena SupraptoAbstrakAttitude plays a great role in student’s learning behavior. This study was designed to investigate the contributions of classroom environment to students’ attitude toward math. Participants in this study were 70 students of Etika Dharma Catholic Junior High School in Surabaya. Classroom environment was measured using adaptation of what is happening in This Class? WIHIC scale and attitude toward math was measured using a scale developed by the researcher. The result shows that there is a significant positive correlation between classroom environment and attitude toward math r = 0,359, p < 0,01, which means the more positive students’ perception of their classroom environment, the more positive their attitude towards math would be. The linear regression analysis shows that classroomenvironment effectively contributes 12,9% to students’ attitude toward math r2 = 0,129. Classroom environment can be used to predict students’ attitude toward math, with the equation Y = 48,916 + 0,229 X ± 23,023. Result shows that classroom environment has a significant influence onattitude toward math, although not too significant. This is due to the existence of other variables that may influence attitude toward math, such as achievement, peers, teacher, and other environmental attitude toward math, classroom environment,mathProfil Keterampilan Kerjasama Dalam Kelompok Siswa Kelas XI SMA NegeriD AnjaniSuciati Dan MaridiAnjani, D., Suciati dan Maridi, 2017. Profil Keterampilan Kerjasama Dalam Kelompok Siswa Kelas XI SMA NegeriHubungan antara kohesivitas kelompok dengan komitmen organisasi pada karyawan PT. NA. Pekalongan, Seminar Nasional Psikologi IslamiA DwiyantoDkDwiyanto, A. dk, 2012, Hubungan antara kohesivitas kelompok dengan komitmen organisasi pada karyawan PT. NA. Pekalongan, Seminar Nasional Psikologi Islami, halaman Kerjasama Saat Diskusi Kelompok Siswa Kelas XI IPA Pada Materi Asam Basa Melalui Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Di SMA Kemala Bhayangkari 1 SurabayaN S HapsariB Dan YonataHapsari, N. S. dan Yonata, B., 2014. Keterampilan Kerjasama Saat Diskusi Kelompok Siswa Kelas XI IPA Pada Materi Asam Basa Melalui Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Di SMA Kemala Bhayangkari 1 Surabaya. Unesa of Chemical Education, 32 Kerjasama Siswa Pada Pembelajaran PKn Melalui Value Clarification Technique VCT Di Kelas IV GKLB SabangS NasiaB SanebaDan HasdinNasia, S., Saneba, B. dan Hasdin. Meningkatkan Kerjasama Siswa Pada Pembelajaran PKn Melalui Value Clarification Technique VCT Di Kelas IV GKLB Sabang. Kreatif Tadulako, 23 Lingkungan Belajar Di Kelas Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Kewirausahaan Di SMK Bina Mandiri Indonesia Surakarta Tahun PelajaranR P NurhayatiNurhayati, RP. Pengaruh Lingkungan Belajar Di Kelas Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Kewirausahaan Di SMK Bina Mandiri Indonesia Surakarta Tahun Pelajaran 2014/ Kelompok Ditinjau Dari Komitmen Terhadap Organisasi Dan Kelompok PekerjaanPurwaningtyastuti DkkPurwaningtyastuti dkk. 2012. Kohesivitas Kelompok Ditinjau Dari Komitmen Terhadap Organisasi Dan Kelompok Pekerjaan. Kajian Ilmiah Psikologi, 12 Penelitian PendidikanSugiyonoSugiyono. 2016. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung Partisipasi Dan Kerjasama Siswa Menggunakan Model Kooperatif Tipe Jigsaw Pada Materi Protozoa Kelas X SMA Negeri PengasihSuhardiSuhardi, 2013. Peningkatan Partisipasi Dan Kerjasama Siswa Menggunakan Model Kooperatif Tipe Jigsaw Pada Materi Protozoa Kelas X SMA Negeri Pengasih. Pendidikan Matematika Dan Sains, 12 Penelitian Pendidikan Fisika. Yogyakarta Universitas Sanata DharmaPaul SuparnoSuparno, Paul. 2010. Metode Penelitian Pendidikan Fisika. Yogyakarta Universitas Sanata Dharma.

Temamerupakan salah satu unsur intrinsik dalam drama. Tema adalah . amanat dalam drama yang disampaikan secara tersirat. amanat dalam drama yang disampaikan secara tersurat. gagasan utama yang menjalin struktur isi drama. judul yang dibacakan sebelum pementasan drama

Kompak, merupakan kata-kata yang sering diucapkan dalam suatu kelompok tertentu. Istilah ini identik dengan kebersamaan, yaitu bersama-sama melakukan suatu hal untuk tujuan tertentu. Namun belum tentu orang-orang memahami sepenuhnya arti sebuah kekompakan. Alasannya, terkadang dalam suatu komunitas dengan jumlah anggota tertentu ketika kelompok tersebut melakukan kegiatan, tidak semua dari anggotanya ikut serta dalam kegiatan tersebut. Sehingga sering dari beberapa anggota mengatakan bahwa anggota yang tidak ikut itu tidak kompak dan memandang anggota yang tidak kompak telah melakukan sebuah kesalahan atau hal yang tidak baik. Sering kali dalam suatu kelompok, ada anggota yang berfikir mengapa anggota mereka ada yang tidak kompak. Mereka beranggapan kekompakan sebagai kegiatan yang dilakukan secara bersama-sama saja, sehingga jika ada anggota kelompok yang tidak ikut dalam kegiatan tersebut akan masuk dalam kategori tidak kompak. Dari permasalahan ini sering berakibat terjadi perpecahan dikarenakan masalah kompak dan tidak kompak ini. Lalu apakah sesungguhnya makna dari sebuah kekompakan? Dalam situasi apa saja kekompakan itu dibutuhkan? Bagaimanakah cara agar suatu kelompok dapat menjadi kompak? Apa saja faktor penghambat dan pendukung sebuah kekompakan? Berikut kami utarakan beberapa opini mengenai kekompakan dengan harapan dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut kemudian dapat diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari dan mencegah perpecahan antar anggota dalam suatu kelompok. Ada beberapa pandangan yang bisa menjawab tentang definisi dari kekompakan. Dalam kamus besar bahasa indonesia, kompak secara terminologis diartikan sebagai bersatu padu dalam menanggapi atau menghadapi suatu perkara. Secara istilah, tiap orang memiliki pandangan masing-masing dalam memaknai kekompakan. Menurut Titta M. Habibi kekompakan itu adalah kebersamaan dalam suatu kegiatan atau pikiran untuk mencapai suatu tujuan. Dari definisi tersebut kami menguraikan unsur dari sebuah kekompakan, yaitu adanya visi dan misi yang jelas, adanya kesanggupan, dan kemauan anggota untuk menjalankan visi dan misi. Satu hal lagi menurut kami yang harus ada adalah saling percaya antar anggota. Karena apabila tidak terdapat rasa saling percaya antara satu anggota dengan anggota yang lain, maka mustahil anggota kelompok tersebut mau melakukan visi dan misi bersama-sama. Kompak sangatlah berhubungan erat dengan suatu kelompok tertentu. Setiap kelompok memiliki tujuan yang ingin dicapai. Jadi kompak itu akan terjadi jika kelompok itu saling bekerjasama dan merasakan susah senang perjuangan untuk mencapai tujuan kelompok tersebut. Akan tetapi konteks tujuan dari kelompok tersebut haruslah tujuan yang baik. Jika tujuan kelompok tersebut merupakan suatu keburukan, kosa kata yang mungkin tepat untuk ini adalah mafia’. Sepertinya kurang cocok untuk menyebut kata 'kekompakan' dalam suatu kegiatan yang mengarah pada keburukan atau hal-hal yang negatif. Malahan, kalau untuk keburukan atau bahkan kejahatan, sepertinya lebih cocok untuk disebut dengan kata 'Mafia'. Jadi, kekompakan dalam suatu hal yang buruk, itu artinya 'mafia'. Simpelnya kalau kita kompak dalam kejahatan atau paling tidak merestui atau tidak melarang suatu bentuk keburukan maupun kejahatan, berarti kita termasuk mafia di dalam kegiatan tersebut. Sekalipun kita bukanlah ujung tombak atau pelaksana dari kegiatan itu. Kerjasama dan perasaan susah dan senang perjuangan untuk mencapai tujuan tentu tidak akan bisa terjadi begitu saja tanpa adanya sebuah proses penyatuan visi dan misi. Menurut kami, proses penyatuan visi dan misi hanya dapat dilakukan dengan musyawarah. Musyawarah adalah pembahasan bersama dengan maksud mencapai keputusan atas penyelesaian masalah. Dalam proses ini, setiap anggota kelompok bebas mengutarakan pendapatnya, mengutarakan masalah-masalah yanng ada dan yang mungkin akan terjadi, mencari solusi bersama-sama, kemudian dicapai suatu simpulan yang dijadikan visi dan misi yang digunakan bersama. Tanpa adanya musyawarah, maka susah atau bahkan mustahil kekompakan dapat tercapai karena tidak setiap anggota kelompok memiliki visi dan misi yang sama. Setelah kita memahami makna dari kekompakan, bahwasannya kekompakan membutuhkan kejelasan visi dan misi dan juga rasa saling mengerti antar anggota, maka kita berharap masalah mengenai kompak atau tidaknya suatu kelompok tidak menjadikan perpecahan bagi setiap anggota kelompok. Alangkah baiknya jika setiap anggota kelompok dapat lebih saling memahami, sering melakukan musyawarah, saling introspeksi, dan menjauhkan diri dari sikap egois. Dari sinilah kita bisa membentuk suatu kelompok yang solid tanpa harus merugikan yang lain. Tidak ada perasaan lebih dari yang lain, sebagaimana tangan kanan tidak merasa lebih dari yang kiri, otak tidak merasa lebih penting daripada kaki. Semua memiliki arti bagi berfungsinya sebuah ada salah satu, bisa berarti tubuh cacat atau tidak sempurna. Setiap personal menyadari tanggung jawab dirinya sendiri, bukan menggantungkan pada bagian lain dan merasa dirinya paling penting atau merasa paling tidak penting. Hadirnya seorang komandan sama pentingnya dengan hadirnya seorang anggota yang paling yunior. Everyone is a Leader, artinya masing-masing bertanggung jawab terhadap fungsi diri dalam bagiannya untuk mencapai tujuan. Tak ada yang merasa superior. Sama seperti dalam setiap gambar teamwork. Semua tangan menyatu membuat komitmen bersama, tak tampak di sana adanya superioritas. Satu orang tidak melebihi yang lain. ”Satukan visi, bedakan aksi,” tuturnya. Jika ada yang terpaksa tidak berfungsi dengan baik, personal tersebut yang menyampaikannya pada bagian yang lain dan bagian yang lain bersama-sama melakukan koordinasi untuk menyelesaikan permasalahan itu. Sama seperti ketika salah satu bagian tubuh ada yang cedera,maka bagian lain ikut merasakan dan segera mengirimkan pasukan darah putih untuk membantu mengobati. Artinya organisasi tidak mampu menentukan tujuan yang jelas yang harus dituju bersama. Sehingga organ organ atau bagian-bagian bekerja semaunya sendiri. Handoko Wignjowargo Managing Partner Maestro Consulting – Coaching – Sharing menjelaskan, untuk memperlancar kerja kerja di perusahaan selain persoalan job description,ada lagi yang namanya kekompakan. ”Kekompakan terjadi karena alasan pribadi dan tugas,”jelasnya. Faktor kesamaan menjadi hal utama dalam menjaga kekompakan. Untuk menjalin kekompakan pegawai, pimpinan perusahaan bisa menerapkan strategi yang berasal dari internal atau eksternal perusahaan, lanjutnya. Bila pilihannya menerapkan strategi dari internal perusahaan maka akan dimunculkan musuh’ dari rekan kerja sendiri. Misalkan saja ada unit kerja yang lebih berhasil. ”Strategi ini pilihan yang sangat riskan. Sebab rawan konflik, ”terangnya. Itulah sebabnya hampir semua perusahaan lebih suka menerapkan strategi eksternal untuk menjaga kekompakan pegawai. Melalui strategi ini, sebuah perusahaan akan menjadikan kompetitornya sebagai musuh’ bersama. Dari uraian di atas kami mencoba untuk menguraikan faktor-faktor pendukung kekompakan, antara lain adanya visi dan misi yang jelas yang ingin dicapai dan dipahami oleh setiap anggota. kesanggupan dan kemauan anggota melakukan visi dan misi tersebut. adanya rasa toleransi dan saling mengerti setiap anggota. adanya komunikasi yang baik antar anggota. Dari uraian di atas kami menyimpulkan bahwasannya kekompakan merupakan hasil dari proses penyatuan visi dan misi seluruh anggota dalam suatu kelompok dalam mencapai tujuannya. Sikap toleransi dan saling mengerti anggota dalam kelompok menjadi faktor Maka dari itu, jangan langsung ikut-ikutan kompak jikalau ada yang menggembar-gemborkan masalah kekompakan. Kita harus kritis. Cerdaslah menelaah tujuan utama dari kegiatan tersebut. Pertimbangkan manfaat dan mudharatnya. Jikalau baik kenapa tidak ? Namun kalau buruk, kenapa harus ikut ? Ingat, hidup kita ada pada pilihan kita sendiri. Signature by DAENG LIRA

Syaratutama terbentuknya tanah ada dua yaitu: (1) tersedianya bahan asal atau batuan induk, (2) adanya faktor-faktor yang mempengaruhi bahan induk (Jenny, 1941). Bahan induk tanah berbeda dengan batuan induk. Bahan induk tanah merupakan bahan hasil pelapukan batuan induk. Bahan induk bersifat lepas-lepas ( unconsolidated ), sementara itu Connection timed out Error code 522 2023-06-15 095015 UTC What happened? The initial connection between Cloudflare's network and the origin web server timed out. As a result, the web page can not be displayed. What can I do? If you're a visitor of this website Please try again in a few minutes. If you're the owner of this website Contact your hosting provider letting them know your web server is not completing requests. An Error 522 means that the request was able to connect to your web server, but that the request didn't finish. The most likely cause is that something on your server is hogging resources. Additional troubleshooting information here. Cloudflare Ray ID 7d79e7a27e151afe • Your IP • Performance & security by Cloudflare

4 Ancaman merupakan setiap usaha atau kegiatan baik dari dalam maupun dari luar yang dinilai dapat membahayakan kedaulatan dan keutuhan wilayah suatu Negara, serta juga dapat berbahaya bagi keselamatan bangsa dan warga Negara. Bentuk ancaman terhadap Negara ada beberapa macam, salah satunya yaitu ancaman dibidang militer.

Daftar isi1 Apa kriteria penilaian dalam lomba tari tradisional?2 Apakah unsur pokok dari tari?3 Kriteria apa yang membuat sebuah tarian disebut dengan tari tradisional?4 Apa saja unsur pokok sebuah tari brainly?5 Apa saja kriteria yang perlu dinilai untuk mengapresiasi karya seni dalam bentuk lukisan?6 Kriteria apa saja yang digunakan untuk mengidentifikasi karya seni tari? Sridamayanti menyampaikan kriteria penilaian lomba tari meliputi 3 aspek yaitu Wiraga, Wirama, dan Wirasa. Wiraga itu mengenai ketubuhan dan teknik tari tersebut. Wirama yaitu kesesuain gerak dengan iringannya, dan Wirasa itu penghayatan peserta pada tarian yang dibawakannya. Apakah unsur pokok dari tari? Unsur Utama dalam Tari Wiraga adalah gerakan tubuh yang dinamis, ritmis, dan memiliki unsur keindahan atau estetis. Unsur estetis dalam tarian harus ditonjolkan dalam sebuah tarian. Gerakan dalam tarian dibagi menjadi dua yaitu gerak murni dan gerak maknawi. Gerak murni adalah gerak tanpa tujuan. Apa saja hal hal yang perlu dinilai dalam apresiasi seni gerak tari? Jawaban kekompakan. keselarasan. kreativitas. perpaduan. Kriteria apa saja yang harus diperhatikan untuk menilai keindahan pada tari? Jawaban Penghafalannya hafal semua gerakan tari Kelincahan. Kejiwaannya dalam menari Mendalami arti tari tersebut Kriteria apa yang membuat sebuah tarian disebut dengan tari tradisional? Ciri-ciri tari tradisional Menggunakan perlengkapan tari. Diajarkan secara turun-temurun. Berhubungan erat dengan budaya daerah. Pola gerakan yang khas dan pakem. Apa saja unsur pokok sebuah tari brainly? Jawaban gerakan, tema, iringan musik, tata busana, tata rias, properti tari, dan lighting. Gerak merupakan unsur utama dalam sebuah tarian. Apa yang dimaksud unsur utama? Unsur utama adalah unsur-unsur yang harus ada dalam sebuah tarian. Wiraga atau juga dikenal dengan raga. Wiraga itu berhubungan dengan gerakan-gerakan yang terdapat dalam tari. Wirama berkaitan dengan irama dalam seni tari. Apa saja yang dinilai dari seni tari? Penilaian terdiri dari Power. Keindahan Gerakan. Kreativitas Gerak. Detail gerakan. Kostum. Kesesuaian Gerak dengan musik. Musik. Ekspresi. Apa saja kriteria yang perlu dinilai untuk mengapresiasi karya seni dalam bentuk lukisan? Kriteria yang dinilai dalam apresiasi seni rupa adalah sebagai berikut Ide. Kreativitas. Komposisi. Gaya perseorangan. Persoalan teknik dan wujud. Kriteria apa saja yang digunakan untuk mengidentifikasi karya seni tari? Sebutkan kriteria yang digunakan untuk mengidentifikasi karya seni tari? ketepatan tempo / lagu. kekompakan penari. kreasi tari mengunakan tari yang beraneka ragam / tidak? kostum yang dipakai. mimik wajah. katepatan gerakan. Apa saja yang harus diperhatikan dalam menari? Hal penting yang diperlukan saat menari secara berkelompok adalah Gerakan tari yang kreaatif dan sesuai tema, kekompakan Gerakan tari, keserasian Gerakan dengan pengiring music, serta keserasian formasi penari. Iringan dalam tarian merupakan sesuatu yang penting. Apakah yang disebut dengan tari tradisional? Tari tradisional adalah suatu tarian yang berasal dari masyarakat suatu daerah yang sudah turun-temurun dan telah menjadi budaya masyarakat setempat. Tari tradisional dikelompokkan menjadi tiga yaitu tari klasik, tari rakyat atau folklasik, dan tari kreasi baru.

1) Gagasan pokok merupakan gagasan yang menjadi dasar pengembangan suatu paragraph. (2) Gagasan penjelas merupakan gagasan yang berfungsi menjelaskan gagasan pokok. Kepaduan paragraf adalah keeratan ataupun kekompakan hubungan antarunsur-unsur paragraf, baik itu antarkalimat utama dengan kalimat penjelasnya ataupun antarkalimat

Unsurunsur yang mempengaruhi dinamika kelompok yaitu 1) tujuan kelompok, 2) struktur kelompok, 3) fungsi tugas kelompok, 4) pembinaan dan pemeliharaan kelompok, 5) kekompakan kelompok, 6) suasana kelompok, 7) tekanan kelompok, 8) efektivitas kelompok dan 9) maksud tersembunyi (Slamet dalam Utama 2010).
. 149 218 473 258 297 347 486 482

kekompakan merupakan unsur utama dalam