Kenalilahdirimu maka kau akan mengenal tuhanmu? Pepatah mengatakan: Tak jumpa maka tak kenal, tak kenal maka tak cinta. Cinta kepada Allah semata. dan (juga) pada dirimu sendiri. Maka apakah kamu tiada memperhatikan [QS. adz-Dzariyat (51):21] (mani), maka tiba-tiba ia menjadi penantang yang nyata! [QS. Yasin (36):77]
Dalam surah Adz Dzariyat ayat 56, disebutkan bahwa tujuan penciptaan manusia adalah untuk beribadah. Terdapat berbagai tafsir untuk menjelaskan maksud dari ayat Adz Dzariyat الذاريات sendiri memiliki arti angin yang menerbangkan. Ini adalah surah ke-51 dalam Alquran. Surah ini tergolong ke dalam surah Makkiyah, dan terdiri atas 60 Adz Dzariyat karena diambil dari perkataan الذاريات yang terdapat pada ayat pertama surah ini. Surah ini termasuk ke dalam Juz 26 dan Juga Surah Al Baqarah 2 Ayat Terakhir, Ini Bacaan Lengkap dan Keistimewaannya, Yuk Amalkan!Bacaan Surah Adz Dzariyat Ayat 56 Beserta Tulisan Latin dan ArtinyaFoto Foto Orami Photo Stockوَ مَا خَلَقۡتُ الۡجِنَّ وَ الۡاِنۡسَ اِلَّا لِیَعۡبُدُوۡنِWamaa khalaqtul jinna wal-insa ilaa liya’buduuniArtinya “Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan agar mereka beribadah kepada-Ku,” QS Adz Dzariyat 56Baca Juga Bacaan Surah Maryam Ayat 30 Lengkap dengan Tafsir dan KandungannyaTafsir Surah Adz Dzariyat Ayat 56Foto baca Orami Photo StockMeski hanya terdiri beberapa kata saja, ayat ini mengandung makna yang luar biasa, terutama dalam hal beribadah kepada Allah SWT. Terdapat beberapa tafsir untuk surah Adz Dzariyat ayat 56 dari beberapa sumber. Berikut Tafsir Ringkas KemenagMenurut tafsir dari Kementrian Agama RI, dalam surah Adz Dzariyat ayat 56 Allah SWT memerintahkan Nabi Muhammad untuk beristiqamah dalam mengajak umatnya mengesakan-Nya, karena sesunguhnya itulah tujuan penciptaan tidak menciptakan jin dan manusia untuk kebaikan-Ku sendiri. Aku tidak menciptakan mereka melainkan agar tujuan hidup mereka adalah beribadah kepada-Ku karena ibadah itu pasti bermanfaat bagi Tafsir al-JalalainJalaluddin al-Mahalli dan Jalaluddin as-Suyuthi mengatakan “Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-Ku pengertian dalam ayat ini sama sekali tidak bertentangan dengan kenyataan, bahwa orang-orang kafir tidak sesungguhnya tujuan dari ayat ini tidaklah memastikan keberadaannya. Perihalnya sama saja dengan pengertian yang terdapat di dalam perkataanmu, Aku runcingkan pena ini supaya aku dapat menulis dengannya.’ Dan kenyataannya terkadang kamu tidak Tafsir Ibnu KatsirIsmail bin Umar Al-Quraisyi bin Katsir mengatakan “Sesungguhnya Aku menciptakan mereka agar Aku memerintahkan mereka untuk menyembah-Ku, bukan karena Aku membutuhkan ibnu Abu Talhah telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas RA 'melainkan supaya mereka menyembah-Ku. Adz-Dzariyat 56 Yakni agar mereka mengakui kehambaan mereka kepada-Ku, baik dengan sukarela maupun terpaksa'.Demikianlah menurut apa yang dipilih oleh Ibnu Jarir. Menurut Ibnu Juraij, makna yang dimaksud ialah melainkan supaya mereka ibnu Anas telah mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya melainkan supaya mereka menyembah-Ku. Adz-Dzariyat 56 Yakni kecuali untuk mengatakan bahwa sebagian dari pengertian ibadah ada yang bermanfaat dan sebagian lainnya ada yang tidak sungguh jika kamu tanyakan kepada mereka, "Siapakah yang menciptakan langit dan bumi?” Niscaya mereka akan menjawab, "Allah.” Az-Zumar 38; Luqman 25Ini jawaban dari mereka termasuk ibadah. Akan tetapi, hal ini tidak memberi manfaat bagi mereka karena kemusyrikan mengatakan bahwa yang dimaksud dengan ayat ini Adz-Dzariyat 56 adalah orang-orang mukmin.”4. Tafsir Quraish ShihabMuhammad Quraish Shihab mengatakan “Aku tidak menciptakan jin dan manusia untuk suatu manfaat yang kembali kepada-Ku, tetapi mereka Aku ciptakan untuk beribadah kepada-Ku. Dan ibadah itu sangat bermanfaat untuk mereka sendiri.”Baca Juga Bacaan Surah Ar Rad Ayat 8 Lengkap dengan Makna dan KandungannyaHakikat Penciptaan Manusia dalam IslamFoto Ini Zikir dan Bacaan Doa sesudah Sholat, Agar Ibadah Makin Afdal! Foto Orami Photo StockDalam surah Adz Dzariyat ayat 56, Allah SWT menyatakan tujuan dari penciptaan jin dan manusia, yakni untuk beribadah atau menyembah-Nya sesuai dengan tafsir yang dijelaskan oleh para ulama di disebutkan jin dan manusia dalam ayat itu ternyata karena keduanya memiliki kemampuan dan kebebasan berpikir, serta bertindak dalam karena itu, baik jin dan manusia perlu untuk diingatkan kembali tentang hakikat penciptaannya. Sehingga tidak salah mengambil langkah dalam menjalani hasil penelitian IAIN Ponorogo, ibadah dalam tafsir al-Mishbah adalah ketundukan dan ketaatan yang mencapai puncaknya akibat adanya rasa keagungan dalam jiwa seseorang terhadap kepada siapa ia disebutkan terlebih dahulu karena didasari pada waktu penciptaannya. Sebab, jin diciptakan terlebih dahulu dibandingkan dengan Adam AS diciptakan, para makhluk yang lebih dahulu diciptakan telah diperintahkan oleh Allah SWT untuk sujud sebagai bentuk penghormatan dan penyambutan antara yang diperintahkan adalah Iblis, dari golongan jin. Ayat ini merupakan pesan penting bagi jin dan manusia agar dalam menjalani kehidupannya tidak dilepaskan dari hakikat karena itu, segala aktivitas dan perbuatan harus dilandasi niat untuk ibadah. Selain untuk mendapat pahal, ini dilakukan sema-mata agar mendapat keridhoan dari Allah ibadah dalam konteks kehidupan tidak terbatas pada aspek-aspek khusus seperti salat, zakat, puasa dan haji saja, tapi termasuk semua aspek ibadah adalah tunduk dan taat kepada Allah SWT untuk melaksakan segala perintahnya dan menjauhi yang dilarang-Nya. Ini menunjukkan bahwa jin dan manusia harus mengikuti hanya itu, di dalam surah Adz Dzariyat ayat 56 menunjukkan penjelasan mengenai pendidikan khususnya di dalam adalah sebuah proses pengembangan potensi yang dimiliki manusia. Secara sederhana, dapat dikatakan, pendidikan adalah proses memanusiakan proses itu, tentaunya manusia harus mengetahui hakikat penciptaannya. Oleh karena itu, pendidikan harus bertujuan mengantarkan manusia pada pemahaman tersebut sehingga menyadari hakikat dunia tasawuf Islam terdapat ungkapan yang menyatakan Kenalilah dirimu, maka kamu akan mengenal Tuhanmu’.Pengenalan terhadap diri sendiri akan mengantarkan manusia untuk mengenal tuhannya sebagai Pencipta. Dari situ, manusia akan mengetahui apa saja hak Tuhan yang menjadi kewajiban dalam surah Adz Dzariyat ayat 56 secara tersirat memberikan pesan tentang tujuan pendidikan, yaitu membentuk manusia yang taat dan patuh, khususnya kepada sang itu, pendidikan menurut ayat ini bertujuan membentuk manusia yang memahami dan mengenal Tuhan. Ini juga akan mengantarkan manusia pada keimanan yang akan menjaga manusia agar tetap berada dalam penjelasan mengenai surah Adz Dzariyat ayat 56. Semoga umat Islam selalu mengingat hakikat penciptaannya agar terus berserah diri dan beribadah kepada Allah SWT.
Kenalidirimu maka kamu sukses , saya menulis artikel ini terinspirasi oleh sebuah buku yang cukup best seller , Buku ini berjudul 'MIND POWER' . Buku
Assalamu Alaikum wa Rahmatullah wa Barakatuh. Pak ustadz, saya mau tanya apakah perkataan "kenalilah dirimu, baru kamu mengenal Tuhanmu" adalah hadits Nabi? Mohon untuk di jelaskan maknanya ?dari 081649041xxxJawaban Wa Alaikum salam wa Rahmatullah wa Barakatuh. Bismillah wal Hamdulillah wash shalatu was Salamu Ala Rasulillah wa Ala Aalihi wa Ashhabihi wa man waalah, wa ba’dKalimat tersebut sering disampaikan oleh para muballigh, namun sayangnya –sebagaimana banyak pada ungkapan lainnya- mereka hanya mau mengutip dan menyampaikan, tanpa mau bersusah payah meneliti itu berbunyiمن عرف نفسه فقد عرف ربه“Barang siapa yang mengenal dirinya, maka dia akan mengenal Tuhannya.” Ungkapan ini terdapat dalam beberapa kitab, di antaranya Kimiya As Sa’adah karya Imam Al Ghazali hal. 1. Mauqi’ Al Warraq. Namun, sayangnya beliau –Rahimahullah- telah menggunakan kalimat “Rasulullah bersabda” terhadap hadits ini. Selain itu juga terdapat dalam Hilyatul Auliya’ karya Imam Abu Nu’aim. 4/350. Mauqi’ Al Warraq dan ternyata itu adalah ucapan Imam Sahl bin Abdullah At Tastari, seorang ulama sufi yang dipuji oleh Imam Ibnu Taimiyah dan Imam Ibnul Qayyim terdapat dalam Al Futuhat Al Makkiyah karya Abu Thalib Al Makki. 5/462. Mauqi’ Al WarraqPara Imam Muhaqqiqin peneliti mengatakan bahwa ungkapan ini bukanlah ucapan Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam. Imam As Sakhawi, mengutip dari Abu Al Muzhaffar As Sam’ani yang mengatakan bahwa dia tidak mengetahui adanya ucapan seperti ini yang marfu’ sampai kepada Rasulullah, dan diceritakan bahwa ini adalah ucapan Yahya bin Muadz Ar Razi Radhiallahu Anhu. Sedangkan Imam An Nawawi mengatakan bahwa ucapan ini tidaklah tsabit kokoh dari Rasulullah. Imam As Sakhawi, Al Maqashid Al Hasanah, Hal. 220. Imam As Suyuthi, Ad Durar Muntatsirah, Hal. 18 Sedangkan Imam Ash Shaghani dengan tegas memasukkannya dalam deretan hadits palsu. Imam Ash Shaghani, Al Maudhu’at, hal 2. Begitu pula Imam Ibnu Taimiyah menegaskan kepalsuan hadits ini. Imam Al Ajluni, Kasyf Al Khafa’, 2/262/2532. Mauqi’ Ya’subSedangkan Syaikh Al Albani mengatakan hadits ini tidak ada asalnya. As Silsilah Adh Dhaifah, 1/165/66 beliau mengutip perkataan Al Allamah Fairuzzabadi –pengarang Qamus Al Muhith- sebagai berikutليس من الأحاديث النبوية ، على أن أكثر الناس يجعلونه حديثا عن النبي صلى الله عليه وسلم ، و لا يصح أصلا، و إنما يروي في الإسرائيليات " يا إنسان اعرف نفسك تعرف ربك " . “Ini bukanlah hadits nabi, hanya saja banyak manusia menjadikan ucapan ini dari Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam, dan ini pada dasarnya tidak benar. Ini hanyalah diriwayatkan dalam ucapan Israiliyat pengaruh ajaran Yahudi Wahai manusia kenalilah dirimu niscaya kau akan kenal Tuhanmu.” Ibid Sementara Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah Rahimahullah mengomentari ungkapan ini, katanyaوَبَعْضُ النَّاسِ يَرْوِي هَذَا عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَلَيْسَ هَذَا مِنْ كَلَامِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَلَا هُوَ فِي شَيْءٍ مِنْ كُتُبِ الْحَدِيثِ وَلَا يُعْرَفُ لَهُ إسْنَادٌ . وَلَكِنْ يُرْوَى فِي بَعْضِ الْكُتُبِ الْمُتَقَدِّمَةِ إنْ صَحَّ " يَا إنْسَانُ اعْرَفْ نَفْسَك تَعْرِفْ رَبَّك " “Sebagian manusia ada yang meriwayatkan ini dari Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam, padahal ini bukanlah ucapan Nabi, dan tidaklah sama sekali tercantum dalam kitab-kitab hadits, dan tidak diketahui sanadnya. Tetapi, jika benar, ucapan ini diriwayatkan dalam kitab-kitab terdahulu, “Wahai manusia kenalilah dirimu niscaya kau akan kenal Tuhanmu.” Majmu’ Fatawa, 16/349. Cet. 3, 2005M-1426H. Darul Wafa’. Tahqiq Anwar Al Baz – Amir Al Jazaar Demikian status perkataan tersebut, yang jelas-jelas bukan dari Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam. Catatan Ungkapan ini walau tidak benar disandarkan sebagai ucapan Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam, namun memang memiliki nilai kebaikan. Maka, lebih bagus dikategorikan ini merupakan ucapan hikmah saja. Sebab mengenal diri sendiri, lalu mentafakkurinya diakui bisa menjadi sarana untuk semakin berma’rifah kepadaNya. Sebab diri manusia termasuk salah satu tanda-tanda kekuasaanNya, yang mesti ditafakkuri, sebagaimana ciptaan Allah Ta’ala lainnya. Allah Ta’ala berfirman“Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal, yaitu orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi seraya berkata "Ya Tuhan Kami, Tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Maha suci Engkau, Maka peliharalah Kami dari siksa neraka.” QS. Ali Imran 3 190-191 Oleh karena itu, Imam Sufyan bin Uyainah Radhiallahu Anhu mengatakanليس يضر المدح من عرف نفسه.“Tidak ada masalah pujian terhadap orang yang mengenal dirinya.” Al Maqashid Al Hasanah, Hal. 220 Mengenal diri sendiri akan membawa sikap positif bagi manusia. Dia akan dapat menempatkan dirinya dalam bersikap dan bertutur kata di tengah-tengah manusia. Sekian. Wallahu A’lam Farid Nu’man Hasan
silahkansubscribe,like,share dan komen dengan bahasa yang benar ya.selamat menyaksikan
Salah satu ungkapan yang sangat masyhur di kalangan praktisi tasawuf Islam dari dahulu hingga sekarang adalah man arafa nafsahu arafa عَرَفَ نَفْسَهُ فَقَدْ عَرَفَ رَبَّهArtinya, “Barang siapa yang mengenal dirinya, sungguh ia telah mengenal Tuhannya.”Mungkin selama ini banyak yang mempertanyakan otentisitas ungkapan tersebut sebagai hadits Nabi. Benarkah ungkapan tersebut sebuah petuah yang langsung disampaikan oleh Nabi Muhammad SAW atau sebatas kata-kata hikmah seorang ulama yang kemudian dinisbahkan kepada Nabi SAW?Lalu bagaimana pula dengan pemaknaannya? Ada relasi apa antara mengenal diri sendiri dan mengenal Tuhan? Sejauh mana pengenalan seseorang terhadap dirinya bisa mengantarkannya untuk mengenal Tuhannya? Beberapa pertanyaan tersebut akan coba kami jawab dalam tulisan sederhana ini. Dan semoga kita senantiasa dalam lindungan dan petunjuk Allah SWT. Amiin Allahumma sebuah kisah menarik yang terjadi pada masa Rasulullah طَلَعَ عَلَيْنَا رَجُلٌ شَدِيْدُ بَيَاضِ الثِّيَابِ شَدِيْدُ سَوَادِ الشَّعْرِ, لاَ يُرَى عَلَيْهِ أَثَرُ السَّفَرِ وَلاَ يَعْرِفُهُ مِنَّا أَحَدٌ, حَتَّى جَلَسَ إِلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّم, فأَسْنَدَ رُكْبَتَيْهِ إِلَى رُكْبَتَيْهِ, وَوَضَعَ كَفَّيْهِ عَلَى فَخِذَيْهِ, وَ قَالَ يَا مُحَمَّدُ أَخْبِرْنِيْ عَنِ الإِسْلاَمِ, فَقَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّم اَلإِسْلاَمُ أَنْ تَشْهَدَ أَنْ لاَإِ لَهَ إِلاَّ اللهُ وَ أَنَّ مُحَمَّدًا رَسُوْلُ اللهِ, وَتُقِيْمُ الصَّلاَةَ, وَتُؤْتِيَ الزَّكَاةَ, وَتَصُوْمَ رَمَضَانَ, وَتَحُجَّ الْبَيْتَ إِنِ اسْتَطَعْتَ إِلَيْهِ سَبِيْلاً. قَالَ صَدَقْتُ. فَعَجِبْنَا لَهُ يَسْئَلُهُ وَيُصَدِّقُهُ. قَالَ فَأَخْبِرْنِيْ عَنِ الإِيْمَانِ, قَالَ أَنْ بِاللهِ, وَمَلاَئِكَتِهِ, وَكُتُبِهِ, وَرُسُلِهِ, وَالْيَوْمِ الآخِرِ, وَ تُؤْمِنَ بِالْقَدْرِ خَيْرِهِ وَ شَرِّهِ. قَالَ صَدَقْتَ. قَالَ فَأَخْبِرْنِيْ عَنِ الإِحْسَانِ, قَالَ أَنْ تَعْبُدَ اللهَ كَأَنَّكَ تَرَاهُ فَإِنْ لَمْ تَكُنْ تَرَاهُ فَإِنَّهُ يَرَاكَ. قَالَ فَأَخْبِرْنِيْ عَنِ السَّاعَةِ قَالَ مَا الْمَسْؤُوْلُ عَنْهَا بِأَعْلَمَ مِنَ السَّائِلِ. قَالَ فَأَخْبِرْنِيْ عَنْ أَمَارَاتِهَا, قَالَ أَنْ تَلِدَ الأَمَةُ رَبَّتَهَا, وَأَنْ تَرَى الْحُفَاةَ الْعُرَاةَ الْعَالَةَ رِعَاءَ الشَّاءِ يَتَطَاوَلُوْنَ فِيْ الْبُنْيَانِ, ثم اَنْطَلَقَ, فَلَبِثْتُ مَلِيًّا, ثُمَّ قَالَ يَا عُمَرُ, أَتَدْرِيْ مَنِ السَّائِل؟ قُلْتُ اللهُ وَ رَسُوْلُهُ أَعْلَمُ. قَالَ فَإِنَّهُ جِبْرِيْلُ أَتَاكُمْ يُعَلِّمُكُمْ دِيْنَكُمْ. رَوَاهُ مُسْلِمٌTerjemahan Hadist tersebut yakniSuatu ketika, kami para sahabat duduk di dekat Rasululah shallallahu alaihi wa sallam. Tiba-tiba muncul kepada kami seorang lelaki mengenakan pakaian yang sangat putih dan rambutnya amat hitam. Tak terlihat padanya tanda-tanda bekas perjalanan, dan tak ada seorang pun di antara kami yang mengenalnya. Ia segera duduk di hadapan Nabi shallallahu alaihi wa sallam, lalu lututnya disandarkan kepada lutut Nabi dan meletakkan kedua tangannya di atas kedua paha Nabi shallallahu alaihi wa sallam, kemudian ia berkata “Hai, Muhammad! Beritahukan kepadaku tentang Islam.” Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam menjawab,”Islam adalah, engkau bersaksi tidak ada yang berhak diibadahi dengan benar melainkan hanya Allah, dan sesungguhnya Muhammad adalah Rasul Allah; menegakkan shalat; menunaikan zakat; berpuasa di bulan Ramadhan, dan engkau menunaikan haji ke Baitullah, jika engkau telah mampu melakukannya,” lelaki itu berkata,”Engkau benar,” maka kami heran, ia yang bertanya ia pula yang ia bertanya lagi “Beritahukan kepadaku tentang Iman”. Nabi menjawab,”Iman adalah, engkau beriman kepada Allah; malaikatNya; kitab-kitabNya; para RasulNya; hari Akhir, dan beriman kepada takdir Allah yang baik dan yang buruk,” ia berkata, “Engkau benar.” Dia bertanya lagi “Beritahukan kepadaku tentang ihsan”. Nabi Shallallahu alaihi wa sallam menjawab,”Hendaklah engkau beribadah kepada Allah seakan-akan engkau melihatNya. Kalaupun engkau tidak melihatNya, sesungguhnya Dia melihatmu.” Lelaki itu berkata lagi “Beritahukan kepadaku kapan terjadi Kiamat?” Nabi menjawab,”Yang ditanya tidaklah lebih tahu daripada yang bertanya.” Dia pun bertanya lagi “Beritahukan kepadaku tentang tanda-tandanya!” Nabi menjawab,”Jika seorang budak wanita telah melahirkan tuannya; jika engkau melihat orang yang bertelanjang kaki, tanpa memakai baju miskin papa serta pengembala kambing telah saling berlomba dalam mendirikan bangunan megah yang menjulang tinggi.” Kemudian lelaki tersebut segera pergi. Aku pun terdiam, sehingga Nabi bertanya kepadaku “Wahai, Umar! Tahukah engkau, siapa yang bertanya tadi?” Aku menjawab, ”Allah dan RasulNya lebih mengetahui,” Beliau bersabda,”Dia adalah Jibril yang mengajarkan kalian tentang agama kalian.” [HR Muslim, no. 8]Saudaraku, semoga Allah senantiasa mengokohkan iman, islam dan ihsan kita dengan atas kehendakNya. Perjalanan hidup ini seringkali kita lalui dengan ketidaksadaran’ diri. Dalam hal ini, bukanlah linglung, pingsan, atau hilang ingatan. Akan tetapi karena kita tidak sadar tentang hakekat diri dan kedudukan kita serta kita tidak sadar betapa agung hak Rabb yang telah menciptakan kita atas diri kita. Berangkat dari ketidaksadaran’ itulah muncul penyakit ganas’ berikutnya yang bernama hakekat diri dan kedudukan kita, maka bacalah firman-Nya yang artinya, “Tidaklah Aku ciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka beribadah kepada-Ku.” QS. adz-Dzariyat 56. Kita adalah hamba yang harus menyembah-Nya dan tidak mempersekutukan-Nya dengan apa saja. Adapun mengenai keagungan Rabb Allah yang telah menciptakan kita, maka bacalah firman-Nya yang artinya, “Segala puji bagi Allah, Rabb seru sekalian alam.” QS. al-Fatihah 1. Allah lah sosok paling berjasa kepada kita dan yang paling layak untuk mendapatkan seorang hamba telah kehilangan dua buah ilmu ini -ilmu tentang hakekat dirinya dan ilmu tentang keagungan hak Rabbnya- maka pupuslah harapan untuk menggapai kebahagiaan yang sebenarnya. Ibnul Qayyim rahimahullah berkata, “Seorang hamba akan sampai pada tujuannya -dengan meniti jalan yang lurus- adalah dengan merealisasikan kedua macam ma’rifat ini baik dalam bentuk ilmu maupun keadaan/sikap hidup, sedangkan keterputusannya -untuk bisa menggapai tujuan- adalah karena dia kehilangan keduanya. Inilah kandungan makna ucapan mereka -sebagian orang bijak-, Barangsiapa yang mengenal -hakekat- dirinya niscaya akan mengenali -keagungan- Rabbnya’…” al-Fawa’id, hal. 133Lalu bagaimana kita mengenal diri kita sebagai pribadi dan sebagai makhluk ciptaaan Allah di semestaNya? Sungguh teramat naif jika kita mendasarkan segala sesuatunya pada akal pikiran dan ego sebagai makhluk. Bukankah sebagai muslim kita telah mengenal istilah “Laa Haula wa Laa Quwwata illaa billaah”. Meski mungkin tak setiap hari bacaan hauqalah itu kita lantunkan, namun setidaknya kita pernah mendengarnya. Kemudian, apa makna ungkapan yang berulang kali Allah nyatakan dalam kitabNya tersebut?Terungkap jelas dalam kalimat tersebut bahwa “tiada daya dan kekuatan kecuali dari Allah ta’ala”. Itu berarti bahwa sesungguhnya apapun yang teralurkan dalam diri kita, baik lahir maupun bathin, baik yang terkecil sampai yang terbesar, semua adalah curahan cahaya Allah. Semua beralur dengan atas kehendakNya, baik yang kita sadari maupun yang tak kita sadari. Jika menilik lebih jauh lafal hauqalah tersebut, tersirat makna bahwa memang diri ini teramat lemah dan tak berdaya. Bahwa sesungguhnya tiada satupun gerak lahir maupun bathin kita yang terlepas dari alur kuasa Allah Yang Maha Kokoh lagi Maha bahwa diri ini adalah milikNya dan hanya Dialah Yang Maha Berkuasa atas diri ini merupakan bagian dari manifestasi pengenalan kita terhadap diri kita sendiri yang pada akhirnya akan membimbing ruh dan jiwa kita pada pengenalan akan Allah SWT dengan sebenar-benar pengenalanNya. Sesungguhnya Allah lah yang berkuasa untuk mengenalkan pribadiNya kepada siapapun yang dikehendakiNya melalui pengenalan akan asma’, sifat dan af’alNya yang terangkumkan dalam 99 asmaul husna. Tiada mampu diri ini untuk mengenalNya kecuali dengan atas petunjuk dan a’lam bis shawab.
kenalidirimu maka kau akan mengenal tuhanmu. 3 likes. Book بســــــــــــــــــــــــــــــــــــــم الله الرحمن الرحيم Sahabat sudah pada kenal akan diri sendiri apa belum? Yuk yang belum kenal segera kenalan terhadap hakikat diri kita sendiri karena salah satu cara Mengenal Allah SWT. ialah dengan mengenal Diri Sendiri maksudnya ialah Hakikat Diri yang Sebenarnya. Adapun maksud Diri yang Sebenarnya itu bukanlah Diri yang berSifat lahiriah karena Jasad ini tidak membawa makna yang sebenarnya untuk Mengenal Allah SWT. Pada Zaman ini ramai dikalangan kita tidak Mengenal Dirinya yang sebenarnya. Mereka menganggap bahwa Dirinya hanyalah tubuh badan yang terdiri daripada kulit, daging, tulang, darah dan sebagainya. Yang dimaksudkan dengan sebenarnya ialah Diri yang Batin yaitu Diri yang datang dan akan kembali kepada Allah SWT. Ulama Ilmu Ketuhanan atau Ilmu Tauhid berpegang bahwa Diri kita ini merupakan tangga untuk Mengenal Allah, sesuai dengan dalil yang mengatakan Siapa yang Mengenal Dirinya, Sesungguhnya ia akan Mengenal AllahDikalangan Ulama Tasauf atau Ulama Ilmu Ketuhanan selalu menasihatkan carilah diri kamu di dalam diri maksudnya ialah menyuruh agar kita mencari Hakikat Diri kita yang sebenarnya terlebih dahulu. Apabila kita telah menemukan Diri kita yang sebenarnya pasti kita akan mengakui Hakikat adanya Allah SWT. Hakikat Diri yang sebenarnya merupakan Ruh atau jiwa ataupun Rohani yang ada dalam Diri Manusia itu sendiri yang harus dikenali setiap Manusia. Diri Batiniah ini tidak dapat dilihat atau diraba oleh Mata lahiriah dan tangan Manusia. Walaupun di dalam Diri itu disebut dengan berbagai istilah, tetapi tujuannya adalah untuk mengingatkan kepada Manusia supaya berfikir bahwa betapa luasnya Diri yang Hakikat itu di dalam Manusia. Diri Manusia dilengkapi oleh Allah dengan Sifat tertentu, kemudian Sifat tersebut dinilai atau dihisab sama ada baik atau pun janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati semuanya itu akan diminta dipertanggung jawapannya Allah menjelaskan kepada kita tentang istilah jiwa dan Sifat yang terdapat pada jiwa, yaitu pendengaran, penglihatan, disamping Roh juga akan diuji tentang ketakwaannya kepada Allah SWT. Itulah sebabnya Ruh atau jiwa sedia untuk berbakti dan melaksanakan perintah Allah SWT. Untuk melakukan dan melaksanakan perintah tersebut maka diciptakanlah jasad, lalu Allah SWT. menjadikan Adam. Ruh telah berikrar dan berjanji kepada Allah SWT., maka untuk membuktikan dan berbuat sesuatu maka Ruh memerlukan tempat yaitu Jasad. Istilah Batin disebut juga dengan Qalbu. seandainya Qalbu tersebut diterangi dengan Nur maka selamatlah seseorang itu. Maka sekiranya tiada Nur, gelaplah seseorang itu. Qalbu mesti mempunyai asas yang membolehkannya selamat yang hanya Allah SWT. yang menentukannya. Sesungguhnya segala sesuatu yang ada dalam Diri berupa nafas, akal, nafsu dan Ruh bila menjadi satu maka dinamakan dengan diistilahkan sebagai Diri atau Hati. Qalbu sebenarnya Mengetahui apa yang patut dibuat dan apa yang patut dilaksanakan mengikuti nilai-nilai Diri itu sendiri Sesungguhnya berbahagialah siapa yang membersihkan jiwanya dan sesungguhnya merugilah orang yang mengotorinya Jadi untuk pengertian bahwa siapa yang Mengenal Dirinya akan Mengenali Allah yaitu dengan cara memahami Hakikat Ruh, jiwa atau Qalbu yang sebenarnya. Sesungguhnya untuk mencapai ke tahap yang tinggi memerlukan pengetahuan dan keyakinan yang kukuh terhadap Allah kita semua dapat mengenal hakikat diri kita, dapat benar-benar mengenal akan Allah SWT. dan semoga kita semua senantiasa mendapatkan Rahmat, Hidayah, Maunah dan Ridlonya Allah SWT. Aamiin Ya Robbal 'AlamiinJika sahabat merasa ini bermanfaat, yuk share tulisan ini kepada saudara kita yang lain, semoga bermanfaat untuk diri dan kita semua, Aamin KENALITUHANMU MAKA KAMU AKAN BAHAGIA. 21/09/2020. Facebook. Twitter. Pinterest. WhatsApp. 21/09/2020. Disamping itu ada juga orang yang mengaku bahwa dirinya sudah mengenal Allah Azza Wajalla akan tetapi masih diikuti dengan perbuatan yang mengarah kepada penyembahan selain Allah atau disebut juga sebagai orang yang muysrik, seperti dalam
Kalau burung dikurung di dalam sangkar, andai dia bisa berpikir dan berangan-angan, kira-kira apa yang dia pikirkan dan dia inginkan? Tentu teman-teman akan menjawab bebas, atau lebih spesifiknya sebagai wujud bebas itu adalah terbang. Wujud bebas dari burung adalah terbang dan dia terbang karena dia tahu bahwa dirinya burung. Kalau dia menyangka dirinya tikus, maka dia tidak akan berpikir untuk terbang. Nah, kita sekarang ini sebenarnya dalam kurungan. Kurungan kebodohan, kurungan kemunafikan, kurungan kejumudan, dan kurungan-kurungan lain. Lalu cita-citamu apa? Bebas dari kurungan. Wujudnya bebas apa? Mungkin dari teman-teman ada yang berpikir bahwa wujud bebasnya adalah menjadi diri sendiri. Ya, diri sendiri. Tetapi siapakah dirimu? Manusia Manusia itu apa? Karena ada definisi sosiologi, definisi budaya, definisi agama, dan definisi-definisi yang lain. Bangsa Indonesia tidak bisa menentukan cita-citanya dan wujud bebasnya, karena bangsa Indonesia tidak tahu siapa dirinya. Saya tulis demikian karena cita-cita bangsa Indonesia cuma satu, duit lebih banyak. Apa itu sopir, politisi, tukang ojek payung, intelektual, maupun pejabat. Jadi saya kira saat ini manusia telah menjadi bahan tertawaan habis-habisan dari semua konstelasi makhluk Allah. Tetapi dari semua manusia itu jangan-jangan kita yang menjadi bahan tertawaan habis-habisan. Kalau yang dimaksud bangsa Indonesia itu adalah bangsa yang lahir 17 Agustus 1945 maka begitu singkat sejarah kita. Kalau Indonesia lahir 17 Agustus 1945 maka siapa yang dijajah Jepang, Belanda, dan Portugis? Apakah itu bangsa Indonesia? tanggal 17 Agustus 2012 kemarin kita merayakan HUT RI ke 67 artinya memang benar bahwa Indonesia lahir 17 Agustus 1945. Kalau demikian maka yang dijajah itu bukan Indonesia. Lalu siapa yang dijajah dan akhirnya melahirkan Indonesia? Kita sepakati saja bahwa yang dijajah dan yang melahirkan Indonesia adalah nusantara. Pertanyaan berikutnya adalah kapan nusantara lahir? Sejarah kita hanya mampu bicara mulai dari kerajaan kutai abad ke 5. Mundur satu langkah dari itu kita sudah tidak ada cerita. Jika orang Arab nenek moyangnya Ismail bin Ibrahim, orang-orang Israil nenek moyangnya Ishaq bin Ibrahim, lalu siapa nenek moyang bangsa Indonesia. Tentu jawabannya bukan seorang pelaut. Saya masih mencari antara Yafet, Sam, atau Ham bin Nuh. Jangan kaget kalau kemudian ternyata bangsa Indonesia itu bangsa yang tua, dan lebih tua dari bangsa-bangsa lain di bumi ini. Parameter ketuaan suatu bangsa adalah budaya dan bahasa. Dari itu teman-teman dapat kembangkan sendiri. Saya persingkat saja. Manusia adalah makhluk yang paling muda dari semua mahluk ciptaan Allah. Setelah penciptaan alam semesta Allah telah menciptakan malaikat dan Azazil, yang menjadi nenek moyang iblis, jauh sebelum penciptaan Adam khalifatullah. Kemudian Adam diperdaya oleh iblis yang cemburu kepada Adam sehinnga Adam di turunkan ke bumi. Adam menjadi khalifatullah fil arth. Iblis dilaknat oleh Allah karena tidak mau bersujud pada Adam tetapi Allah memberikan penangguhan sampai hari kiamat. Karena iblis sudah dinyatakan sesat oleh Allah maka iblis berjanji akan menyesatkan anak cucu Adam al hijr39. Sejak waktu itulah perang dimulai. Awalnya dibentuklah the serpent brotherhood TSB, dan kemudian organisasi-organisasi turunan untuk menyesatkan manusia. Demi keamanan bersama tidak akan saya tulis disini. Tetapi yang perlu dicatat bahwa perang belum berakhir. Bahkan saat ini umat Islam sedang difitnah habis-habisan sampai-sampai umat Islam tidak sadar bahwa itu adalah fitnah. Kembali ke awal, jadi apa wujud terbangmu? “menang 2014 mas” “subhanallah” 31 Des 2012 AR
KenaliDirimu Untuk Mengenal Tuhanmu Label. Makalah (1) Minggu, 15 April 2012 Dalam penulisan ini agar dapat terarah dan mencapai hasil yang optimal maka penulis menggunakan metode penelitian sebagai berikut: "Sembahlah Allah seakan-akan kamu melihat-Nya dan anggaplah dirimu termasuk orang mati. Jika kamu mau, aku ingin memberitahumu Sisiput Agama untuk"..Kenali dirimu, maka kau akan mengenal Tuhanmu.."Kata itu ada di header blog ini setelah update blog's theme diawal Tahun 2008, mungkin sebagian ada yang ngerti, sebagian gak, dan sebagian lain cuek bebek, dan bahkan mungkin sebagian ada yang menghina dengan mengganggap "Akh, sok agamis make kata-kata gituan di Blog..!"It's okay, manusia memang punya kelebihan Akal dari makhluk lain ciptaan-Nya sehingga mempunyai persepsi yang berbeda-beda dalam menanggapi stimulus berbau agamis seperti itu hanyalah sebuah kata yang gw dapat dalam perjalanan spiritual menuju Ma'rifatullah mengenal Allah, sebenarnya masih banyak kata lain yang dapat membuat gw berpikir. Berpikir, itulah yang dikehendaki-Nya dalam mencari ilmu Bahasa Arab kata itu berbunyi "Man arafa nafsahu faqad arafa rabbahu"Artinya Barang siapa mengenal akan dirinya, maka mengenallah ia akan Tuhan-NyaDan sejak mendapati kata itu, Gw berpikir untuk mengupas makna dibalik kata-kata itu. Dalam proses berpikir mencari makna di balik kalimat itu, gw menemukan kata baru yang semakin membuat gw bingung."Antal mautuqabal maut"Artinya Matikan dirimu sebelum kamu matiBagaimana mematikan diri sebelum kita mati? Akh, apa ini sajak? Puisi? atau karya seni yang berat? sehingga hanya orang seni yang dapat memahaminya?.Okay, gw jadi bingung make a breakdown first..Mematikan diri = memisahkan diantara yang hidup dengan yang mati. Trus, yang dapat memisahkan itu adalah yang Hidup Tiada Mati yaitu adanya Ruh, manusia mendapat 7 sifat hidup yang tidak dimiliki jasad kita, sifatnya adalah 1. Mendengar2. Mencium3. Melihat4. Merasa5. Berkehendak6. Berkuasa7. Berkata-kataTanpa itu semua, matilah si jasad ini. Ini yang menjawab sebuah kata-kata populer dikalangan sufi, "Manusia bagaikan bangkai yang berjalan"Inilah salah satu cara yang gw temukan untuk mengenal Allah, yaitu dengan mematikan diri. Menghilangkan terlebih dahulu semua sifat hidup yang tak dimiliki jasad ini, yang sebenarnya adalah milik Ruh."Awaluddin Makrifatullah, Wa Makrifaturassul"...Awal beragama adalah mengenal Allah, Mengenal rasulMengenal Allah = mengenal diri kita = mematikan diri = menghilangkan sifat 7 Ruh di kita bisa mengaku beragama jika kita tidak mengenal siapa yang punya agama dan yang menjadi penyebar agama-Nya?Tak kenal maka tak sayang Disarankan untuk dibimbing seorang Guru untuk menjalani tahap ini. Gw bukan guru ya.., gw cuma sedang menjalani perjalanan ini dengan penuh kebahagiaan aja. Dan sekedar ingin memberikan sedikit sekali pengetahuan gw melalui tulisan ini, karena ilmu pengetahuan untuk dibagi, bukan untuk disimpan semua tak lepas dari kekuasaan-Nya melalui my beloved father memberikan gw pencerahan dalam mendalami agama, dan juga melalui kitab yang ditulis oleh KH. Muhammad Saman Al-Banjari selaku Pembina Pondok Pesantren Nurul Islam Tarakan-Kaltim. Semoga kita selalu diberikan Hidayah dari Allah SWT. apabila ada kesalahan dalam tulisan ini, kesempurnaan hanya milik
\n\n kenali dirimu maka kamu akan mengenal tuhanmu
. 355 31 387 159 93 175 175 302

kenali dirimu maka kamu akan mengenal tuhanmu